Daily Archives: April 28, 2011

Hati Hati … Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap Wanita Di KRL Dilakukan Pria Secara Berkelompok Dan Sampai Mengeluarkan Penis Dan Mendesah Dalam Kereta

KASUS pelecehan seks di dalam kereta rel listrik kembali menimpa wanita. Sekitar 10 pria mengurung seorang wanita di tengah sesaknya penumpang sambil melecehkannya disertai ejekan dan desahan nakal di telinga. Sungguh biadab!

Cerita kelam tentang pelecehan seksual terhadap kaum Hawa di kereta api itu kembali menghentakkan publik, Selasa (26/4). Mirisnya, aksi pelecehan kali ini dilakukan secara beramai-ramai oleh sekelompok pria di atas Kereta Rel Listrik (KRL) Ekonomi dari Bogor menuju Jakarta. Di tengah sesaknya penumpang, sekawanan pria melakukan aksi biadab terhadap seorang karyawati.

Perbuatan tak bermoral itu diceritakan oleh Dina Nirmala, seorang karyawati di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Karyawati sebuah perusahaan swasta ini mengisahkan sebuah kejadian mengenaskan yang dialami oleh rekan sekantornya.

Menurut dia, Selasa pagi rekannya itu datang ke kantor dengan kondisi tak seperti biasanya. Wajahnya tampak murung, sesekali menangis, wajahnya terus tertunduk, dan sekujur tubuhnya gemetar.

Sejumlah rekannya yang melihat kejadian itu merasa heran karena korban yang selalu ceria tiba-tiba tampil seperti itu. Mereka lantas menanyakan apa yang telah terjadi. Dengan susah payah, cerita pahit itu akhirnya terungkap.

“Sambil menangis dan dengan susah payah korban menuturkan pengalaman pahit yang baru saja menimpanya,” katanya.

Dikurung 10 pria

Menurut Dina, saat itu rekannya berangkat kerja dengan menumpang KRL dari Stasiun Universitas Pancasila sekitar pukul 09.00. Kondisi KRL saat itu sangat padat dan penumpang berdesakan. Sebenarnya, saling dorong dan saling senggol antarpenumpang dengan kondisi kereta padat seperti itu adalah hal yang wajar dan dirasakan oleh hampir semua penumpang.

Namun, yang dirasakan korban kemarin sungguh memilukan. Saat berada di dalam kereta, korban dikurung oleh sekitar 10 penumpang pria. Namun, karyawati swasta itu masih tak curiga karena melihat tampang para pria itu seperti orang baik-baik.

“Tampang mereka baik-baik semua, jadi saya tidak curiga apa-apa,” ujar korban yang mengenakan jilbab, seperti dituturkan Dina.

Akibat kondisi dalam kereta terus berdesakan dan terjadi pergeseran, korban akhirnya semakin terpojok dan benar-benar dikurung oleh kawanan pria tadi. Dan, terjadilah hal yang tak pernah dibayangkan. Salah satu pria yang berada di belakangnya mulai menurunkan tangan.

“Pria itu membuka kancing celana panjangnya, dan (maaf), mengeluarkan alat vital, lalu menggesek-gesekkannya di bagian belakang tubuh korban,” kata Dina seperti dilansir VIVAnews.com.

Tragisnya lagi, sejumlah pria lain seperti sengaja menutupi aksi yang ada. Ketika korban berteriak minta tolong, tidak ada satu pun yang membantu karena kondisi kereta sangat padat. Korban bahkan memohon agar tindakan itu dihentikan.

“Pak, tolong, saya mohon jangan didorong, kereta sudah padat dan saya terjepit,” ujar korban.

Ironisnya, gerombolan pria itu malah tertawa. Mereka seperti kegirangan dan mengejek korban sambil terus melakukan aksi bejat itu. “Pria itu bahkan sedikit mendesah dan mengeluarkan kata-kata kotor di kuping korban,” kata Dina.

Antara marah, malu, dan kecewa, korban berteriak sambil merangsek ke luar dari kurungan para pelaku menuju ke arah pintu. Setelah bersusah payah, akhirnya korban keluar dari desakan gerombolan laki-laki itu, lalu turun di Stasiun Pasar Minggu. Padahal., kantornya masih jauh, yakni di Tanah Abang.

Korban memilih melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum roda empat.

Trauma dan stres

Kisah pahit ini, kata Dina, diceritakan rekannya itu sambil terus menangis. Korban sangat terpukul, trauma, dan stres dengan kejadian yang tak pernah dibayangkannya itu. Kalaupun akhirnya kasus ini disampaikan, jelas Dina, agar pengalaman menyakitkan yang dialami temannya itu bisa mengingatkan kaum wanita penumpang kereta untuk lebih waspada.

Ia berharap, kasus ini tidak lagi terjadi karena para pelaku telah merendahkan martabat wanita. “Banyak kasus seperti ini, tapi korban tidak berani mengadu,” ujarnya.

Kalaupun mengadu, Dina bertanya ke mana harus mengadu. Apakah disampaikan ke PT Kereta Api (KA)? Apakah pasti ada tindakan nyata? Rasanya tidak.

Menurut Dina, biasanya PT KA cenderung menyalahkan korban yang mengadu, ketimbang mencari tahu siapa pelaku pelecehan seks yang kerap bergentayangan di atas kereta. “Biasanya, mereka beralasan dengan mengatakan harusnya korban bisa membela diri. Harusnya korban bisa begini dan begitu, atau yang lebih ekstrim lagi, harusnya jangan naik kereta ekonomi kalau mau nyaman,” ungkapnya kesal.

Atas nama para wanita, Dina mengatakan sangat berkabung dengan pengalaman rekannya itu. “Sudah berulang kali dikatakan buruk, tetapi mereka (PT KA) seperti bangga akan keburukannya,” katanya.

Apa yang dialami rekannya itu, ungka Dina, hendaknya menjadi pelajaran berharga buat semua orang. Pasalnya, hingga saat ini rekannya itu seperti trauma dan terus membayangkan kejadian itu. Dia, ujarnya, seperti masih merasakan tertawaan dan ejekan jorok orang-orang biadab itu di telinganya.

“Sungguh lelaki tidak bermoral, lahir dari batu, mungkin,” umpatnya dengan nada tinggi.

Kepala Humas Daop I PT KA Mateta Rizalulhaq akan mengusut kejadian itu dan sudah menginformasikan kepada unit terkait untuk segera menindaklanjuti kasus memalukan ini. Namun, Mateta meminta agar para penumpang tak memaksakan diri bila kereta sudah dalam kondisi sangat penuh.

Mateta berjanji tak akan berhenti meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, terutama terhadap penumpang wanita, dengan menyediakan gerbong kereta khusus wanita pada kelas eksekutif atau ekspres. “Ini usaha kami untuk menghindari kejahatan terhadap penumpang wanita,” ujarnya.

Selain itu, paparnya, penegakan hukum dianggap menjadi penting. Dia berharap, setiap korban sebaiknya melapor ke petugas yang ada di tiap stasiun atau ke polisi. Sejauh ini, PT KA tak mungkin mengerahkan petugas dalam jumlah banyak di dalam kereta.

“Berteriak, menghindar, dan laporkan kepada petugas. Tidak mungkin petugas diam, kalau perlu kami akan hentikan perjalanan kereta,” ujarnya.

Perlu tindakan tegas

Kasus pelecehan yang terjadi di atas kereta api sangat disayangkan pemerhati hukum Yanti Nurdin. Advokat di Jakarta ini mengatakan, apa pun bentuk pelecehan yang mengarah pada harga diri seseorang, harus ditindak.

Tindakan tak terpuji ini, jelasnya, bisa dijerat dengan Pasal 281 dan 282 KUHP dengan ancaman hukuman tiga tahun penjara. Atau, ujarnya, bisa dijerat dengan perbuatan tak menyenangkan yang diatur dalam Pasal 335 KUHP.

“Saya sarankan wanita harus berani berteriak bila digerayangi seperti itu. Beranilah mengungkap masalah yang dilaminya, jangan malah ikut menikmati,” tegasnya.

TransJakarta

Terlepas dari kejadian di atas, pelecehan seksual yang biasa dialami wanita cenderung terjadi di mana dan kapan saja. Umumnya, pelanggaran kesusilaan ini sering dilakukan di tempat umum, termasuk bus TransJakarta yang kebanyakan penumpangnya adalah karyawan dan kaum terpelajar. Namun, hawa nafsu ternyata tak mengenal pendidikan, bahkan dengan kedok terpelajar, pelecehan di TransJakarta lebih banyak dari kereta api ekonomi.

Hal ini pernah dialami seorang wanita bernama Devi ketika berada di kendaraan umum. “Saat naik busway, pantat saya yang paling sering jadi korban diraba-raba dan dielus-elus. Pundak saya juga dicolek lelaki sesama penumpang. Orang itu sengaja iseng memanfaatkan suasana,” ujar wanita berusia 34 tahun ini.

Ketika ditemui di halte TransJakarta Harmoni, wanita seksi, aduhai, dan sintal berkulit putih itu menuturkan tak bisa berbuat apa-apa. “Kalau saya teriak, justru lelaki itu akan berkelit dan mengatakan penumpang yang tidak mau mengerti dengan keadaan. Dan ini bisa membuat saya malu, lebih baik pasrah saja asal jangan sampai ke bagian sensitif saja, ” tambahnya.

Tak hanya Devi, penumpang TransJakarta lain juga mengatakan hal yang sama. “Pantat saya juga sering dicolek-colek, bahkan pernah ada yang menaruh tangan di pinggul saya,” ucap Ririn, karyawati.

Untuk itu, baik Devi maupun Ririn mendesak Pemprov DKI Jakarta menyediakan bus khusus perempuan. Bagi mereka, ini langkah segera dan sangat penting mengingat sudah banyak korban pelecehan seksual terhadap wanita.