Demikian inti penjelasan dari keluarga korban dan Kepala Kepolisian Sektor Citeureup, Bogor, Jawa Barat, Ajun Komisaris Yudhiantoro Adhi Nugroho, yang ditemui terpisah, Rabu.
”Orangnya pendiam, sama saya enggak pernah curhat (mencurahkan isi hati), apalagi sama suami. Kalau ada masalah, dia tidur meringkuk, berselimut sampai keringatan,” tutur ibu korban, Nyonya Budiman, yang dibenarkan Indra Rachmatullah (33), suami korban.
”Tidak benar kalau istri saya meninggal karena tekanan ekonomi. Saya bekerja. Tempat tinggal kami, keluarga saya, dan keluarga mendiang istri saya juga berdekatan dan mudah saling membantu,” papar ayah dua putra itu. Sebagai buruh lepas pabrik semen, setiap bulan Indra menerima upah Rp 1.750.000.
Indra dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan di RT 6 RW 1, Kelurahan Citeureup. Tak jauh dari sana, kedua orangtua Nina tinggal di RT 1 RW 4, Nomor 55, Kampung Kamurang, Desa Puspanegara, Citeureup.
Menjelang aksinya, korban membeli minyak tanah dari warung tetangganya. Tak lama kemudian anak kedua korban, Aji Johari, menemukan ibunya sudah terbaring gosong di empang depan rumah kontrakannya sekitar pukul 12.30. Di dekat ibunya ada jeriken minyak tanah warna putih.
Keluarga Indra dan Nina yang ditemui mengatakan, menjelang kejadian itu tidak ada pertengkaran keluarga. Tidak ada persoalan sosial lainnya atau persoalan ekonomi yang mengimpit rumah tangga mereka.
Meski demikian, menurut Yudhi, sejak melahirkan anaknya yang kedua, penyakit jiwa Nina sering kambuh. Indra mengakui hal itu. Sebelum dimakamkan, jenazah Nina dibawa ke RS PMI untuk diotopsi.