Pusat kota Kecamatan Hamparan Perak biasanya ramai pada malam hari. Namun, Selasa (21/9) malam, warga masuk ke rumah lebih cepat. Malam itu, mereka yang biasa duduk mengobrol di Simpang Beringin—pertigaan di kecamatan itu— pun tak terlalu banyak dibandingkan hari biasanya.
Malam mulai menuju dini hari. Tiba-tiba keheningan itu dikejutkan dengan serentetan bunyi tembakan: dor… dor… dor….
”Suara letusan itu sangat keras, awak kira letusan mercon,” kata Dedi, seorang warga yang pada Rabu dini hari itu keluar dari rumahnya tak jauh dari Markas Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.
Markas polsek itu terletak tepat di salah satu sisi Simpang Beringin. Saat itu, Dedi hendak membeli rokok. Sejumlah warga juga mengungkapkan, mereka semula menduga suara letusan itu berasal dari ledakan mercon. Akan tetapi, tak sedikit pula warga yang menduga bahwa letusan itu berasal dari senjata teroris.
”Saya langsung menduga bahwa itu suara senjata teroris karena minggu lalu ada teroris yang tertangkap tak jauh dari sini,” kata seorang ibu pemilik warung yang berada di depan markas polsek. Pada Minggu lalu, memang ada dua penggerebekan teroris tak jauh dari kota kecamatan itu.
Ia dan keluarganya hanya sempat mengintip dan memilih tidak keluar dari rumah karena sejak awal menduga gelagat buruk dari suara letusan itu. Tak sedikit pula warga yang langsung mematikan lampu begitu mendengar suara letusan tersebut.
”Warga yang berada tak jauh dari markas polsek langsung berhamburan menyelamatkan diri ketika letusan mulai terdengar. Bahkan, ada yang meninggalkan sepeda motornya begitu saja,” kata seorang saksi lainnya.
Beberapa pemuda yang sedang asyik berada di sebuah tempat usaha penyewaan play station yang tak jauh dari Markas Polsek Hamparan Perak berhamburan menjauh. ”Dor… dor… dor…, mirip perang, Bang,” kata salah seorang pemuda yang mengaku menyaksikan penyerbuan itu.
Pakai penutup muka
Beberapa orang yang hendak menjemput istri, anak, atau kerabatnya yang pulang dari kerja menjadi buruh di beberapa pabrik tak jauh dari kecamatan itu lari pontang-panting. Lindung Ginting (56), warga lainnya, saat kejadian baru saja menaikkan beberapa kerbaunya ke mobil bak terbuka. Ia hendak menjual hewan itu ke Pasar Marelan, sekitar 10 kilometer dari Hamparan Perak.
Saat itu Lindung berada di teras rumah dan melihat iring- iringan sepeda motor memasuki halaman Markas Polsek Hamparan Perak. Ia mengira mereka adalah para polisi yang baru saja pulang patroli.
”Tapi ada yang aneh, kok, semua pakai penutup muka. Kendaraannya pun berbeda-beda,” kata pria yang kediamannya hanya dipisahkan dua rumah dari Markas Polsek Hamparan Perak itu.
Selang tiga atau empat menit kemudian, ia mendengar suara tembakan, disusul suara tembakan beruntun, dan diselingi suara pecahan kaca.
Sesaat kemudian, suasana sepi. Dan, Lindung melihat rombongan pesepeda motor itu keluar dari halaman Markas Polsek Hamparan Perak dengan santai. Tidak terdengar suara teriakan atau suara mesin yang menderu-deru. ”Tidak ada kesan buru-buru,” papar Lindung.
Saksi lainnya, Helmi (30), yang saat itu berada di rumahnya, sekitar 200 meter dari lokasi kejadian, juga mendengar suara letusan berkali-kali. Ia menduga itu suara pistol polisi yang sedang memburu penjahat.
Maklum, tiga hari sebelumnya Detasemen Khusus 88 dan polisi dari Kepolisian Daerah Sumatera Utara membekuk sejumlah tersangka teroris di Desa Hamparan Perak dan Desa Kota Rantang yang berjarak 2-3 kilometer dari lokasi. ”Saya kira kelanjutan penangkapan yang kemarin,” ujarnya.
Beberapa saat setelah penyerbuan, warga masih belum beranjak dari rumah dan persembunyian masing-masing. Ketika beberapa warga mengetahui enam sepeda motor pergi dari tempat itu, beberapa warga berinisiatif keluar rumah. Saat melihat api menyala di depan markas polisi itu, mereka mendekati lokasi.
”Ada yang teriak air… air… air…, sambil berlari ke polsek,” kata seorang ibu.
Warga pun mulai makin ramai mendekati markas polsek. Beberapa di antara mereka langsung mengambil air dan mematikan api yang ternyata membakar salah satu ban mobil patroli polisi.
Ketika mulai ada tembakan, beberapa polisi yang tinggal di asrama juga terbangun. Mereka lalu bergabung dengan warga yang berada di sekitar markas polsek. Belakangan diketahui, tiga polisi tewas dengan luka tembak di sejumlah bagian tubuhnya.
”Saya kenal Pak Deto. Ia baru saja pergi umrah. Kami memanggilnya Pak Haji. Ia banyak berbicara soal keagamaan setiap kali bertemu. Orangnya baik dan tidak macam-macam,” kata seorang pemilik warung yang kerap didatangi Ajun Inspektur Satu Deto Sutejo, salah seorang polisi yang tewas tersebut.
Rabu dini hari itu akan menjadi kenangan sedih dan juga menakutkan bagi warga Hamparan Perak. Selama ini mereka hidup tenteram dan tak pernah ada kerusuhan ataupun kejahatan besar di tempat itu. Tiba-tiba kini ketenteraman itu terusik….
Penyerangan oleh kelompok bersenjata ke Markas Kepoli- sian Sektor Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (22/9) dini hari, yang menewaskan tiga polisi, dinilai sebagai penantangan terhadap negara. Karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksi- kan Polri dan TNI agar nega- ra tidak boleh kalah.
Instruksi Presiden Yudhoyono itu disampaikan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Rabu pagi, seusai melepas keberangkatan Wakil Presiden Boediono menuju New York, Amerika Serikat, di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
”Ya, itu menantang. Negara tidak boleh kalah dan menyerah dengan aksi-aksi bersenjata yang dilakukan kelompok bersenjata tersebut. Oleh sebab itu, instruksi Presiden kepada Kepolisian Negara RI adalah agar segera mencari dan memburu serta menangkap dan meminta pertanggungjawaban,” ujar Djoko.
Menurut Djoko, Polri harus bekerja sama dengan aparat lainnya, seperti Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Intelijen Negara (BIN), serta komponen masyarakat lainnya untuk segera menangkap dan memberikan ketenangan kepada masyarakat.
Markas Polsek Hamparan Perak, sekitar 30 kilometer arah utara Kota Medan, diserang sekitar 12 orang bersenjata, Rabu dini hari. Tiga anggota kepolisian tewas. Kesaksian sejumlah warga mengindikasikan para pelaku penyerangan sangat tenang menjalankan operasinya.
Kesaksian sejumlah warga menyebutkan, sebelum ada penyerangan, seseorang yang diduga sebagai salah satu bagian dari kelompok penyerang telah mendatangi tempat itu sekitar pukul 00.30. Ia mengobrol sebentar dengan warga.
”Ia sempat meminjam korek api untuk menyalakan rokok,” kata seorang saksi. Setelah itu, ia menelepon seseorang. Tak sampai lima menit, ada enam sepeda motor datang dari arah Desa Kelumpang langsung mendekati Markas Polsek Hamparan Perak.
”Anggota gerombolan yang berjaga di luar sempat meminta warga untuk pulang atau pergi,” kata saksi mata. Setelah itu, penembakan terjadi dan warga lari berhamburan menjauh. ”Kami mengira mereka adalah polisi yang sedang bertugas,” kata saksi lainnya yang berada di samping markas saat penyerangan.
Para pelaku menggunakan penutup muka, tetapi tak menggunakan helm. Para penyerang itu menaiki sejumlah sepeda motor, di antaranya Yamaha RX King, Suzuki Spin, dan Honda Vario. ”Anggota kami mengira mereka itu mau melapor. Begitu mau keluar untuk menemui, langsung ditembak,” ujar Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal Oegroseno.
Sedikitnya lima saksi memastikan, penyerbuan itu berlangsung hanya sekitar 15 menit. Penyerang yang masuk ke markas polsek langsung menembak Aiptu Baik Sinulingga yang berjaga di depan. Ia tewas seketika dengan tiga peluru bersarang di badannya. Pelaku kemudian masuk dan menembak mati polisi lainnya yang berada di ruangan tengah, yaitu Bripka Riswandi, yang tewas dengan lima luka tembak. Mereka kemudian menembak Aiptu Deto Sutejo. Deto meninggal dengan satu peluru bersarang di tubuhnya.
Warga setempat, Lindung Ginting (56), mengatakan, saat kejadian, tidak terdengar suara teriakan atau suara mesin yang menderu-deru. ”Mereka pergi dengan santai. Tidak ada kesan buru-buru,” kata Lindung.
Menurut Oegroseno, pelaku melemparkan kantong plastik berisi bensin ke arah mobil patroli. Api hanya membakar satu ban mobil patroli itu. Beberapa kaca markas polsek pecah dan sebuah mobil patroli rusak. Seusai kejadian, para pelaku meninggalkan markas polsek menuju ke arah Marelan yang merupakan jalan menuju Medan.
Dari olah tempat kejadian perkara sementara, polisi menemukan sedikitnya 30 selongsong peluru dengan tiga varian kaliber, yakni kaliber 7,62 mm, 5,6 mm, dan 9 mm. Kemungkinan besar pelaku menggunakan senjata jenis FN, AK-47, dan M-16. ”Sangat mungkin pelakunya terlatih karena pakai senapan laras panjang,” kata Oegroseno.
Pada Minggu malam lalu, Densus 88 dan Polda Sumut menangkap 20 tersangka teroris dan pelaku perampokan di Medan. Di antara mereka ada yang ditembak mati dan ditangkap di dua titik di Kecamatan Hamparan Perak, yakni di Desa Hamparan Perak dan Desa Kota Rantang.
Terkait perampokan
Ditanya soal kemungkinan serangan itu terkait penyergapan para tersangka teroris sekaligus perampokan di Bank CIMB Niaga Medan, Oegroseno mengatakan, ”Kemungkinan itu ada. Memang ada kelompok yang masih dalam pengejaran, mungkin mereka memberikan reaksi. Tapi kita tidak akan menyerah menghadapi mereka.”
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Iskandar Hasan mengatakan, pelaku penyerbuan diduga terkait para teroris yang merampok Bank CIMB Niaga. Senjata yang digunakan penyerang markas polsek kemungkinan sama dengan yang digunakan perampok Bank CIMB.
Oegroseno menjelaskan, penyerangan seperti itu tidak pernah polisi duga. Kekuatan penyerang itu juga jauh lebih besar dibanding kekuatan polisi yang ada di Markas Polsek Hamparan Perak saat itu yang hanya tiga orang. Sebagian lainnya sedang berpatroli. Soal kekuatan senjata, di polsek itu hanya ada 5 revolver dan 4 senjata laras panjang. Jumlah itu tetap tidak sebanding dengan senjata milik penyerang.
Mengantisipasi kemungkinan penyerangan ulang, kekuatan di polsek pun ditambah. Kemarin sore, anggota Brimob polda ditempatkan di sejumlah polsek di Kota Medan dan Deli Serdang.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri menegaskan, penyerangan oleh kelompok bersenjata itu berkaitan erat dengan jaringan teroris yang baru-baru ini ditangkap di Medan. ”Ini jaringan yang ada kaitannya dengan pelatihan di Aceh kemarin, kemudian mereka melakukan kegiatan berikutnya. Jadi, kegiatan mereka tidak terputus dari rangkaian kegiatan pelatihan, kemudian di Bandung dan di Sumatera Utara, menyiapkan pembelian senjata, serta aktivitas-aktivitas tertentu,” ujar Kepala Polri di halaman Istana Negara,