Category Archives: BINUS

Mahasiswi Binus Disiram Air Keras Oleh Mantan Pacar

AL (19) masih menjalani perawatan intensif di RS Royal Taruma akibat air keras yang disiramkan mantan pacarnya Riki Halim Levin (23) di kamar kos di Jalan U, Palmerah, Jakarta Barat. Di dalam kamar kos mahasiswi jurusan Manajemen tersebut masih terlihat sisa-sisa air keras yang menimbulkan bercak warna kuning.

Pantuan detikcom, Rabu (9/10/2013), di kamar kos yang berukuran 3×4 meter terlihat banyak bercak-bercak warna kuning sisa air keras. Bercak-bercak kuning tersebut paling banyak terlihat di kasur lipat warna merah yang berada tepat di depan pintu masuk kamar.

Bercak kuning sisa air keras juga terlihat pada dispenser yang ada di belakang pintu dan televisi yang berada di sebelah kanan pintu. Lantai di dalam kamar tersebut juga terlihat kotor bekas cairan. Terlihat juga belum ada police line di depan kamar korban. Kunci kamar masih dipegang oleh penjaga kos berlantai 4 tersebut.

Menurut penjaga kos, Amink, saat kejadian dirinya sedang makan bubur ayam di depan kos. Dirinya sempat curiga ada seorang lelaki yang tiba-tiba lari dari dalam kos, tapi tidak sempat bertanya kenapa orang tersebut lari. “Saya lihat dia lari, terus balik lagi tapi pas lihat tukang sampah turun dari lantai dua kos, pelaku lari lagi. Lalu, tukang sampah tersebut panggil-panggil saya bahwa ada penghuni kos yang butuh bantuan,” ujar Amink.

Amink menceritakan, saat melihat korban dia langsung tahu bahwa korban tersiram cairan kimia. “Dari baunya saya tahu, oleh karena itu saya langsung bawa korban ke kamar mandi dan men-shower wajah dan terutama matanya karena dia mengeluh tidak bisa buka matanya,” imbuh Amink. Dalam kasus ini, pelaku masih dalam pengejaran polisi. Diduga pelaku marah karena korban tidak mau diajak balikan. Akibat penyiraman air keras itu AL menderita luka di bagian wajah, tangan dan kakinya.

Pelaku penyiraman air keras terhadap mahasiswi Binus, Ricky Halim Levin (23), sampai sekarang belum juga bisa ditangkap. Untuk itu, Polisi juga meminta bantuan jasa paranormal untuk mengetahui keberadaan pelaku. “Kita juga sudah mencoba menggunakan jasa indigo. Dari infonya, kepalanya sudah dibotakin,” kata Kanit Reskrim Polsek Palmerah Sigit Kumono, Kamis (10/10/2013).

Sigit mengatakan, polisi juga telah mengumpulkan semua data mengenai pelaku dari aku sosial media miliknya. Dan kasus ini sudah dilimpahkan ke Polres Jakarta Barat.”Kasus ini ditangani Reskrim Polres Jakbar,” ujar Sigit.Sebelumnya, menurut Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, AKBP Hengki Haryadi, Tim Pemburu Preman Polres Jakarta Barat siap membantu mencari pelaku. “Kita akan bantu polsek untuk mencari pelaku,” ujar Hengki Haryadi, Selasa (8/10).

Sedangkan Kakak Korban, Fuad Hamdani, mengatakan pelaku memiliki tinggi 170 cm, berbadan kurus dan berkulit putih. “Namun, kata teman-temannya pelaku tempramen dan suka bohong,” ujar Fuad. Hingga kini mahasiswi Binus AL (19) yang menjadi korban penyiraman air keras oleh mantan pacarnya itu masih menjalani pengobatan di RS Royal Taruma. AL menderita luka di bagaian wajah akibat penyiraman air keras tersebut.

Mahasiswi Binus AL (19) yang menjadi korban penyiraman air keras oleh mantan pacarnya masih menjalani pengobatan intensif di RS Royal Taruma. Menurut kakak korban, Fuad Hamdani, korban saat ini mentalnya masih terguncang.

“Kata dokter adik saya kena luka bakar grade 3 tapi itu masih dugaan awal. Tapi yang tidak kalah mengkhawatirkan ya mentalnya yang masih terguncang,” ujar Fuad kepada wartawan saat berbincang di RS Royal Taruma, Tanjung Duren, Jakbar, Senin (7/10/2013).Fuad mengatakan, dari hasil pemeriksaan untuk organ dalam tidak masalah. Namun, kedua matanya saat ini bengkak akibat terkena air keras tersebut.

“Untuk kedua matanya masih harus di terapi terus. Semoga tidak terjadi apa untuk kedepannya,” ujar Fuad yang tampak sedih saat menceritakan kondisi adiknya.Fuad dan keluarga berharap adiknya tersebut bisa segera sembuh dan pelaku segera ditangkap. “Mohon doanya ya semoga lekas sembuh. Dan yang terpenting pelaku cepat ditangkap,” imbuh Fuad.

Mahasiswi Binus jurusan manajemen LD (19) menjadi korban tindak penyiraman air keras yang dilakukan oleh Riki Halim Levin (23), mantan kekasihnya. Sebelum terjadi penyiraman air keras, pelaku sering datang ke tempat kos korban dan mengaku sebagai pengantar makanan.

“Itu katanya mantannya, pernah beberapa kali ke sini ngaku-ngaku pengantar makanan. Tapi gak pernah ketemu korban,” ujar Merlina salah satu penghuni kos saat ditemui di kosan korban di Palmerah, Jakarta Barat, Senin (7/10/2013). Merlina mengatakan, saat datang pelaku memakai kaos dan terlihat santai. “Tapi setelah itu dia lari kenceng banget. Saya gak lihat dia pake motor apa tidak,” ujar Merlina. Penjaga kos, Danu mengatakan pagi itu keadaan kos memang lagi sepi. Jadi tidak melihat pelaku masuk dan keluar dari tempat kos itu.

“Yang punya kos lagi ngopi di warung depan. Tiba-tiba ada minta tolong dan pelakunya sudah kabur. Tapi pas ada tukang sampah, sempat lihat pelaku tapi gak ketangkap. Itu kalau ketahuan bisa dihajar sama warga,” ujar Danu. Danu mengatakan, sebelumnya belum ada kejadian kayak. Korban juga belum satu bulan tinggal disini. “Waktu baru pindahan orang itu (pelaku) kesini. Nanya nyari korban. Waktu itu dia nanya sama saya. Sudah dua kali ke sini,” imbuh Danu.

Mahasiswi Binus yang menjadi korban penyiraman air keras masih menjalani perawatan di rumah sakit atas luka bakar yang dialaminya. Keluarga korban masih mengharapkan adanya itikad baik dari keluarga pelaku yang merupakan mantan kekasih korban. “Sampai saat ini, belum ada itikad baik, belum ada permintaan maaf,” ucap kakak korban, Fuad saat dihubungi, Selasa (8/10/2013).

Fuad sendiri mengaku tidak begitu mengenal pelaku karena hanya sempat bertemu 2 kali. Hubungan asmara antara adiknya dengan pelaku memang hanya berjalan singkat selama 2 bulan. Lebih lanjut dia menuturkan, kondisi adiknya sedikit mengalami kemajuan. Luka yang paling mengkhawatirkan adalah di bagian mata korban yang juga terkena cipratan air keras. Namun, dokter menyatakan ada kemungkinan untuk pulih.

“Kata dokter, untuk mata ada kemungkinan recovery,” terangnya. Fuad meminta doa agar adiknya bisa sembuh. Serta agar pelaku yang kini masih dalam pengejaran, bisa segera tertangkap. Keluarga korban juga tetap terbuka untuk menyambut itikad baik pelaku dan keluarganya. “Harusnya ada itikad baik. Tapi kalau enggak, ya enggak apa-apa,” tandasnya.

Dalam kasus ini, pelaku yang diketahui bernama Riki Halim Levin (23) mendatangi kost korban di Palmerah, Jakarta Barat dan menyiramkan air keras ke tubuh korban. Pelaku yang juga mantan kekasih korban ini masih dalam pengejaran polisi. Diduga pelaku marah karena korban tidak mau diajak balikan.

Polsek Palmerah masih terus mencari Riki Halim Levin (23) pelaku penyiraman air keras ke wajah mantan pacarnya Mahasiswi Binus AL (19). Supaya segera tertangkap Tim Pemburu Preman Polres Jakarta Barat siap membantu mencari pelaku. “Kita akan back up polsek untuk mencari pelaku,” ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, AKBP Hengki Haryadi, Selasa (8/10/2013).

Sebelumnya, kaka korban Fuad Hamdani mengatakan, pelaku memiliki wawasan yang luas dan sopan. Pelaku juga memiliki ciri-ciri tinggi 170 cm, kulit putih, berbadan kurus. “Namun, kata teman-temannya pelaku tempramen dan suka bohong,” ujar Fuad. Fuad mengatakan, terakhir pelaku bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan asuransi swasta. Tapi menurut Fuad, pelaku sudah dipecat. “Dan sekarang saya tidak tahu dia kerja dimana,” imbuh Fuad.

Unsur air keras yang disiramkan Riki Halim Levin (23) kepada mahasiswi Binus di kostan korban di korban disiram air keras di kosnya di Jalan U No 7B, Rt 09/ Rw 15, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (3/10) lalu masih diteliti. Baju korban yang rusak akibat cairan tersebut dibawa ke Labfor untuk penelitian selanjutnya.

“Masih kita selidiki untuk jenis cairan kimianya dan dapat dari mana juga ini msh kita selidiki karena RH (Riki Halim) belum tertangkap. Pakaian korban sudah dikirim ke labfor untuk ketahui jenisnya,” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (8/10/2013).

Rikwanto mengatakan, saat ini penyidik sudha memeriksa 4 orang saksi yang merupakan teman kost korban dan juga keluarganya. Polisi akan mengembangkan kasus tersebut dengan memeriksa saksi-saksi lain. Selanjutnya, Rikwanto mengatakan, pihaknya masih mencari Riki. Polisi, kata dia, sudah mencari Riki di rumah ibunya di Pademangan, Jakarta Utara dan di rumah ayahnya di kawasan Tamansari, Jakarta Barat.

“Tetapi tidak ada di dua rumah orang tuanya itu,” kata Rikwanto. Seorang mahasiswi Binus menderita luka bakar di bagian wajah karena disiram air keras oleh mantan pacarnya Riki Halim Levin (23). Akibatnya mahasiswi itu harus menjalani operasi di Rumah Sakit Royal Taruma.

Peristiwa itu dilakukan pelaku karena sakit hati lantaran ditolak bekali-kali oleh korban untuk kembali menjalin hubungan. Pelaku kemudian mendatangi kostan korban, berpura-pura mengantarkan minuman. Saat di depan kamar kost korban, pelaku kemudian mengetuk-ngetuk pintu kamar. Setelah korban membukakan pintu kamar, pelaku kemudian menyiramkan minuman yang sudah diisi air keras itu.

Pembunuh Mahasiswi Binus Livia Pavita Soelistio Tertangkap dan Ternyata Adalah Supir Angkot Spesialis Perampok dan Pemerkosa Penumpang Wanita

Kamis (25/8) menjelang tengah malam, informasi penting masuk. Sinyal telepon genggam milik Livia Pavita Soelistio yang berhari-hari mati, tiba-tiba terlacak berada di Rawa Belong, Kemangisan, Jakbar. Bersama anggotanya, Kasat Reskrim Polres Jakarta Barat, AKBP Ferdy Sambo, langsung bangkit dari kursi di ruang kerjanya. Tak buang waktu, ia meluncur ke daerah Rawa Belong, tak jauh dari rumah kos mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus) itu.

Sesuai petunjuk sinyal HP, Sutarno dan Abdul Madjid dibekuk. Mereka baru saja bertransaksi HP Ericsson. Sutarno menjual HP itu kepada Abdul Majid yang dihargai Rp200.000. Dalam pemeriksaan, Sutarno mengaku HP yang dijualnya milik Rohman.
Tak buang waktu, polisi langsung memburu Rohman. Saat itu, sudah masuk Jumat (26/8) dinihari. Pria 24 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai sopir tembak itu dibekuk di rumah di Rawa Belong. Ketika itu ia bersama Fahri, 22, tengah menunggu Sutarno. Kduanya langsung digelandang ke Polres Jakarta Barat.

Dalam pemeriksaan terungkap Fahri dan Roman berperan dalam hilangnya mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus) Livia Pavita Soelistio, 21. Gadis cantik itu hilang pada 16 Agustus usai mengikuti sidang skripsi di jurusan Sastra Mandarin sekitar Pk. 13:00. Sejumlah temannya melihat ia menumpang Mikrolet 24 jurusan Srengseng-Slipi yang biasa ditumpanginya menuju tempat kos di Rawa Belong, Kemanggisan, Jakbar.

Sejak itu, keberadaan mahasiswi yang juga sekretaris sebuah biro perjalanan di Gambir, Jakpus, ini tak terlacak. HP-nya tak bisa dihubungi. Ny. Yusni Chandra, ibu kandung, dan Hermanto, ayah tiri, melapor kehilangan anaknya ke Polsek Kebun Jeruk pada 17 Agustus. Orangtua itu juga mengabarkan kehilangan anaknya melalui BlackBerry Messenger.

Empat hari kemudian, ia ditemukan membusuk di parit sedalam 2 meter di Cisauk, Tangerang. Bajunya terbuka karena seluruh kancingnya terlepas dan celana dalamnya melorot selutut. Ia dikenali sebagai Livia dari pakaian dan kalung berliontin Buddha yang dikenakannya.

PEMBUNUHAN DAN PERKOSAAN
Dalam pemeriksaan yang dilakukan Kanit Krimum AKP Agung Wibowo, SH, Fahri dan Rohman menuding Afri yang mencekik Livia hingga tewas. Aksinya dibantu Rohman dan Raymond. Afri juga memerkosa mayat Livia dalam angkot. Kini, polisi memburu Afri dan Raymond. “Kedua tersangka yang tertangkap itu kami jerat dengan pasal pencurian dengan kekerasan,” ujar Kapolres Jakarta Barat, Kombes Setija Junianta, Hum, tentang Fahri dan Rohman yang dikenakan pasal 365 KUHP karena perampokan HP dan uang Rp200,000 milik korban dan terancam hukuman 20 tahun penjara. “Kami juga memburu dua tersangka lainnya, termasuk pelaku pembunuhan dan perkosaan terhadap korban.”

Didampingi Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Baharuddin Jafar, kapolres mengatakan kawanan itu adalah komplotan bandit yang kerap menjadikan wanita sebagai korbannya. Bahkan, tersangka Rohman pernah dipenjara dua tahun terkait kasus narkoba.

Sementara itu, terhadap tersangka Sutarno dan Abdul Majid, polisi menjerat keduanya dengan pasal 480 KUHP karena menerima barang hasil kejahatan. Mereka terancam hukuman empat tahun penjara. “Kalau tahu HP itu bermasalah, apalagi korban pembunuhan, saya nggak bakal mau terima. Sekarang, saya nggak tau apa-apa masuk penjara juga,” ujar Sutarno.

Malang nian nasib Livia. Wanita cantik ini harus tewas ditangam empat awak angkot. Sedihnya pelaku hanya mengincar dua HP milik mahasiswi Binus, Kemandoran, Jakarta Barat ini. Keempat pelaku rupanya mengincar HP Black Berry dan Sony Ericsson model terbaru. Hanya saja seorang tersangka mengaku karena tergiur atas kecantikan Livia, dia tega memperkosa gadis ini meski sudah tidak berdaya.

PENGAKUAN PELAKU
Dalam wawancara dengan Pos Kota, tersangka Rohman dan Fahri bercerita. Pada Selasa (16/8) siang, angkot M24 B 2912 TK jurusan Srengseng-Slipi, yang dikemudikan Fahri dicegat Livia di depan kampusnya. Tiga teman Fahri; Rohman dan dua tersangka lain yang masih buron; Afri dan Raymond, juga berada di angkot. Mereka berlagak penumpang. “ Kami memang berniat mencari wanita penumpang untuk diambil hartanya, “ kata Rohman.

Meski berada dalam kendaraan yang sama, tersangka Rohman dan Fahri menuding Afri sebagai otak di balik kejahatan sadis itu. Fahri mengatakan, pembunuhan dan pemerkosaan dilakukan Afri di belakang kendaraannya. “ Afri yang mencekik sampai mati lalu memerkosa mayat korban,” ungkap Fahri.

Menurut Fahri, saat itu korban melawan tapi tak kuasa menahan kekuatan tiga pria yang menyergapnya. “ Silahkan ambil HP saya, tapi jangan bunuh saya,” kata Fahri, mengenang permintaan terakhir anak kandung Ny. Yusni Chandra itu.

Permohonan dengan derai airmata itu tak ditanggapi. Sebaliknya, Raymond dan Fahri semakin beringas dan bernafsu langsung memegang kedua tangan gadis itu dan Afri mencekik lehernya. Seketika, korban lemas. Tubuh Livia yang tersungkur diinjak punggungnya oleh Rohman. Kawanan penjahat sadis itu pun mencari tempat pembuangan mayat.

Sampai di kawasan Pos Pengumben, kendaraan diambil alih Rohman yang lebih mengerti daerah itu lalu membawanya ke kawasan Serpong, Tangerang.

Anggota Polres Jakarta Barat yang menangani kasus ini masih terus memeriksa dua tersangka yang sudah diringkus. Diyakini motif awalnya adalah perampokan. “Mereka rupanya mengincar dua HP korban. Apalagi satu yakni yang Sony Ericsson keluaran terbaru. Jika akhirnya

Livia Pavita Soelistio, mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus), telah tiada. Gadis cantik berusia 21 tahun yang baru lulus sidang skripsi jurusan Sastra Mandarin itu, diperlakukan biadab oleh kawanan preman. Ia dicekik hingga menemui ajal. Dalam keadaan tak bernyawa, korban diperkosa dalam angkot yang ditumpangi dari kampus menuju tempat kos.
Delapan hari setelah pembantaian terjadi dan Livia dilaporkan keluarga ke Polsek Kebon Jeruk sebagai orang hilang, petugas Polres Jakarta Barat dipimpin Kasat Reskrim AKBP Ferdy Sambo, yang bekerja keras membongkar peristiwa ini membuahkan hasil.

Tersangka Rohman, 23, dan Fahri, 22, ditangkap tak jauh dari rumah kos Livia Pavita Soelistio, di kawasan Rawa Belong, Kemanggisan, Jakbar, Jumat (26/8) dinihari. Polisi juga membekuk Sutarno dan Abdul Madjid, penadah HP korban yang dirampas pelaku.

Mahasiswi, yang juga sekretaris sebuah biro perjalanan di Gambir ini ditemukan membusuk di Cisauk, Tangerang, empat hari setelah menghilang sepulang dari kampusnya pada 16 Agustus. Saat ditemukan, baju korban terbuka karena seluruh kancingnya terlepas. Bahkan celana dalam korban melorot selutut.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua tersangka pembunuh Livia, mahasiswa Binus ditangkap polisi di Kemanggisan, Jakarta Barat, Jumat dinihari tadi. Pelakunya empat orang awak angkot. Dua lagi pelaku masih dikejar polisi. Menurut informasi, Livia pada 16 Agustus lalu usai mengikuti sidang skripsi pulang naik angkot bersama teman-temannya. Rupanya dia yang terakhir turun. Di angkot tersebut, wanita cantik ini disergap oleh empat orang yang ada di angkot tersebut.

Diduga karena melawan, pelaku makin ganas dan membekap korban. Livia, mahasiswa jurusan Bahasa Mandarin ini dibawa ke Tangerang tepatnya di Cisauk lalu korban dihabisi. Mayatnya dibuang ke selokan hingga akhirnya empat hari kemudian ditemukan penggembala kambing sudah dalam keadaan membusuk.Sebelum dibunuh sempat diperkosa karena ditemukan bercak sperma.

Rupanya pelaku membawa HP Black Berry korban. Oleh pelaku HP tersebut dijual kepada seseorang di Kemanggisan Jakarta Barat. Tadi pagi saat sahur, Black Berry itu tiba-tiba mengudara sehingga polisi berhasil melacak signyalnya. Lelaki yang membeli HP itu lalu ditangkap. Dia mengaku kalau Black Berry itu dibeli dari sopir angkot. Dengan gerak cepat polisi mengejar pelaku di daerah Kemanggisan dan berhasil meringkus dua tersangka. Dua lagi yang sudah diketahui identitasnya masih dikejar polisi.

Kepergian Livia Pavita Soelastio,21, membuat keluarga terpukul. Bagaimana tidak. Setelah dinyatakan lulus kuliah dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat mahasiswi jurusan Sastra Mandarin ini langsung menghilang.
Selama 5 hari mencari keberadaan anak semata wayang pasangan Hermanto,67, dengan Yusni Chandara,50, malah mendapat kabar jika Livia ditemukan sudah tak bernyawa.

“Saya sangat terpukul atas kematian anak saya. Bagaimana tidak, sejak kecil saya merawat dan membesarkan anak saya hingga terakhir dikabarkan lulus kuliah malah berakhir seperti ini. Saya berharap polisi berhasil menangkap anak saya,” ungkap Hermanto terbata-bata. Terakhir 16 Agustus sore, Livia menghubungi dirinya dan memberitahu jika dirinya baru selesai melakukan siding skripsi dan dinyatakan lulus. Mendapat kabar itu, Hermanto kemudian mengucapkan selamat atas kelulusan Livia.

Namun pada keesokan harinya, ketika akan dijemput oleh keluarga, Livia dikabarkan menghilang. Keluarga akhirnya melaporkan ke Polsek Kebun Jeruk. Keluarga kemudian berusaha mencari keberadaan Livia ke teman-temannya bahkan ke paranormal. Namun Minggu (20/8) malam, dirinya mendapat kabar jika ada mayat perempuan dengan pakaian yang sama dengan Livia ditemukan di parit di Jalan Suradita, Cisauk, Kabupaten Tangerang.

Mendapat Informasi tersebut Hermanto kemudian langsung mendatangi kamar mayat RSU Tangerang untuk melihat langsung jenazah wanita tersebut. Setelah diperiksa, mayat wanita malang itu adalah Livia Pavita Soelastio, mahasiswi Bina Nusantara jurusan Sastra Mandarin

Pembunuh Mahasiswi Bina Nusantara Livia Pavita Soelistio Ditangkap dan Ternyata Adalah Supir Angkot

BERITA LENGKAP KRONOLOGIS PENANGKAPAN PEMBUNUH DAN PEMERKOSA MAYAT LIVIA BACA DISINI

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Barat, Ajun Komisaris Besar Ferdi Sambo, menyatakan telah menangkap 3 pelaku kasus pembunuhan Livia Pavita Soelistio, mahasiswi Bina Nusantara yang ditemukan tewas pada 20 Agustus 2011.

“Salah satunya adalah residivis,” kata Ferdi saat dihubungi Jumat, 26 Agustus 2011.

Ferdi mengatakan ketiga pelaku tertangkap di daerah Slipi, dekat Universitas Bina Nusantara. “Mereka adalah sopir angkot tembak,” katanya. Kepada polisi, pelaku mengaku telah membunuh korban. Motifnya untuk menguras harta yang dibawa oleh korban.

Livia adalah mahasiswi jurusan Sastra Mandarin angkatan 2007. Ia menghilang sejak Selasa 16 Agustus 2011. Empat hari kemudian, anak tunggal keluarga Yusni Chandra itu ditemukan tewas. Jasadnya teronggok di daerah Jalan Baru, Desa Suradita, Tangerang.

Ferdi mengatakan pelaku menjerat Livia saat ia tengah berada di dalam angkot yang dikendarai pelaku. Di dalam angkot, Livia disekap dan mulutnya dibekap hingga tewas. “Ada 4 pelaku yang membekap,” katanya. Jasad Livia kemudian dibuang di daerah Tangerang. “Motifnya murni pencurian dengan kekerasan,” ujarnya.

Saat ini, kata Ferdi, polisi masih terus memburu pelaku lain yang diduga terlibat pembunuhan. “Nanti kami beri tahu,” ujar Feri.

Kronologis Pembunuhan Mahasiswi Binus Livia Lavita Soelistio Yang Hilang Tanggal 16 Agusutus 2011 dan Mayatnya Ditemukan Di Cisauk

Celana dalam mayat yang diduga kuat adalah Livia Pavita Soelistio (21), mahasiswi Jurusan Sastra Mandarin Universitas Bina Nusantara (Binus),melorot sampai se-paha. Polisi akan melakukan identifikasi apakah korban diperkosa sebelum dibunuh. Mayat yang diduga Livia, ditemukan beserta sejumlah barang miliknya di daerah Cisauk, Kabupaten Tabgerang. Perhiasan korban mulai dari giwang, kalung, dan pakaiaannya masih utuh. Livia dilaporkan hilang sejak 16 Agustus 2011 setelah mengikuti ujian skripsi di kampus Binus.

Menurut Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol Setija Junianta, mayat yang ditemukan di Tangerang tersebut adalah korban yang dilaporkan hilang ke Polsek Kebon Jeruk. “Ia lost contact sejak tanggal 16 Agustus 2011, setelah pulang kuliah,” ujar Setija kepada wartawan, Senin (22/8/2011). Keluarga Livia pertama kali melaporkan ke Polsek Kebon Jeruk.
Tutur Setija, berdasarkan penuturan keluarga, Livia mempunyai pacar yang bekerja di sebuah perusahaan pertmabangan milik swasta di Papua. “Kita belum tahu pacarannya sejak kapan,” ucapnya. Keadaan mayat menurut Setija sudah sulit diidentifikasi, sehingga polisi belum tahu apa ada unsur penganiayaan atau tidak dan kini masih menunggu hasil otopsi.
“Kita belum bisa pastikan, harus tunggu hasil otopsi,” ucapnya.

Apakah Livia dibunuh lantaran hamil atau diperkosa, polisi pun belum bisa mengungkapkan. Kata Setija, bengkak itu wajar, karena mayat diperkirakan sudah satu minggu. “Otopsi juga salah satunya untuk memastikan hamil atau tidak. Dari celana dalam kan juga melorot sepaha. Dari otopsi ini nanti bisa di cek, apa korban sebelomnya diperkosa atau tidak,” tutur Setija.Selai itu, polisi juga belum memastikan apakah Livia memang memiliki masalah keluarga atau temannya, sehingga catatan diarynya nanti akan menjadi petunjuk. “Kita tidak masuk ke ruang itu, karena keluarga juga masih berduka,tapi nanti kita lihat catatan apa saja yang ada di dalam diary di dalam kamarnya, ini mungkin bisa jadi petunjuk,” ungkapnya.

Sebelumnya mayat yang diduga Livia ditmukan mayat di pinggir jalan daerah Cisauk, Tangerang Kabupaten, Minggu (20/8/2011) pukul 17.50 WIB. Mayat ditemukan seorang penggembala yang sedang mencari kambingnya yang hilang.
Kemudian Si Gembala Kambing pun melaporkan penemuan mayat tersebut ke Polsek Cisauk. Kemudian penemuan mayat tersebut pun dikoordinasikan Polsek Cisauk kepada Polsek Kebun Jeruk. Tim polisi dari Kebon Jeruk sebagian ke RS Umum Tangerang dan sebagian mendatangi ke keluarganya.

Dari mayat tersebut ditemukan liontin bergambar Dewi Quan Im dan kaos kaki yang sudah berwarna cokelat masih menempel di kakinya. Kondisi mayat sudah bengkak dan tidak dikenali Wajah gosong dan rusak. Kata ibunya anaknya Livia menggunakan kalung yang sama. Livia Pavita Soelistio (21), mahasiswi Jurusan Sastra Mandarin Universitas Bina Nusantara, Jakarta dilaporkan hilang keluarganya ke Polsek Kebon Jeruk pada 16 Agustus 2011. Terakhir, Livia terlihat berada di lokasi parkir kendaraan kampus Bina Nusantara Kemanggisan, Jakarta Barat.

Catatan harian Livia Lavita Soelistio (21), mahasiswi Jurusan Sastra Mandarin Universitas Bina Nusantara, Jakarta yang ditemukan tewas di Wilayah Cisauk, Kabupaten Tangerang, Minggu (20/8/2011) sore tidak bercerita tentang masalah yang dihadapi sebelum ia menghilang. Hal tersebut diungkapkan Dosen Bagian Kemahasiswaan Universitas Bina Nusantara (Binus), Besar saat ditemui di Rumah Duka Jabar Agung, Jelambar, Jakarta Barat, Selasa (23/8/2011).

“Saya tidak membacanya secara keseluruhan. Tetapi diarynya tidak bercerita tentang masalah apa pun,” kata Besar. Ia menceritakan bahwa diary Livia tersebut hanya menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan masa-masa kuliahnya. “Kini buku tersebut sudah diserahkan ke Polsek Kebon Jeruk,” ucapnya. Mahasiswi yang diduga korban pembunuhan tersebut sejak malam tadi sudah berada di rumah duka Yayasan Jabar Agung, Jakarta Barat dan rencananya akan dikremasi besok. Sebelumnua jasad Livia menjalani otopsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang, jenazah Livia pun langsung diberangkatkan ke rumah duka tanpa singgah terlebih dahulu ke rumah orang tuanya di Kali Baru Timur, Jakarta Pusat.

Kini jenazah Livia pun disemayamkan di Lantai Dasar, Jabar Agung, Ruangan 18 setelah sebelumnya berada di kamar jenazah. Orang tua Livia terlihat terpukul dengan kejadian yang menimpa anak semata wayangnya. Sesekali sang ibu menangis saat saudara datang untuk bersembahyang untuk jenazah Livia. Sebelumnya, Livia yang dikabarkan hilang oleh keluarganya pada 16 Agustus 2011 lalu. Setelah beberapa hari kemudian seorang penggembala kambing menemukan se sosok mayat di Cisauk, Kabupaten Tangerang Minggu (21/8/2011) sore yang ternyata jasad Livia.

Saat ditemukan jenazah Livia masih mengenakan busana lengkap mulai dari rok dan kemeja. Sejumlah aksesoris di tubuhnya pun masih lengkap seperti kalung dan giwang. Hal itu juga yang membuat keluarganya yakin bila mayat yang ditemukan di Tangerang adalah Livia. Polisi kini masih mendalami motif yang mengakibatkan melayangnya nyawa Livia. Polisi pun akan melihat catatan apa saja yang ada di dalam diary yang saat ini tersimpan di kamarnya.

Ayah dan Ibu Livia Lavita Soelistio (21) masih terlihat syok atas kepergian putri tunggalnya. Terlihat beberapa kali ibunya menguraikan air mata ketika para pelayat datang memberikan penghormatan terakhir di Rumah Duka Jabar Agung, Jelambar, Jakarta Barat, Selasa (23/8/2011).

Bahkan ayah Livia pun sempat menolak para wartawan yang hendak meminta komentarnya atas tewasnya Livia. “Bapak sama ibunya belum bisa diwawancara karena dari kemarin belum istirahat, belum tidur,” kata kerabat Livia, Parman.Parman yang sengaja datang untuk melayat Livia pun tidak banyak berkata. Alasannya, ia tinggal di Medan sehingga tidak tahu keadaan keponakannya. “Saya juga kurang tahu, karena saya baru datang dari Medan,” ucapnya. Rencananya besok jenazah Livia akan dikremasi pada Rabu 24 Agustus 2011. Sampai saat ini sejumlah pelayat mulai dari teman kuliah sampai dosen datang untuk melakukan sembahyang sebagai wujud penghormatan terakhir.

“Mungkin nanti di kampus teman-temannya akan melakukan doa bersama. Tetapi kalau dari pihak kampus tidak ada, mungkin itu insiatif mereka saja,” kata Besar, seorang Dosen bagian kemahasiswaan di Universitas Bina Nusantara.
Livia merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara (Binus), Jakarta awalnya dilaporkan hilang pada 16 Agustus 2011 usai mengikuti ujian skripsi di kampusnya.

Mayat Livia ditemukan penggembala kambing di sebuah selokan di Cisauk, Kabupaten Tangerang Minggu (21/8/2011). Saat ditemukan jenazah Livia masih mengenakan busana lengkap mulai dari rok dan kemeja. Sejumlah aksesoris di tubuhnya pun masih lengkap seperti kalung dan giwang. Hal itu juga yang membuat keluarganya yakin bila mayat yang ditemukan di Tangerang adalah Livia.

Jasad Livia lantas dilakukan otopsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang. Setelah dipastikan jenazah adalah Livia, maka jenazah langsung diberangkatkan ke rumah duka tanpa singgah terlebih dahulu ke rumah orang tuanya di Kali Baru Timur, Jakarta Pusat.

Kini jenazah Livia pun disemayamkan di Lantai Dasar, Jabar Agung, Ruangan 18 setelah sebelumnya berada di kamar jenazah. Polisi pun kini masih mendalami motif yang mengakibatkan melayangnya nyawa Livia. Polisi pun akan melihat catatan apa saja yang ada di dalam diary yang saat ini tersimpan di kamarnya untuk mengungkap tabir gelap pelaku pembunuhan tersebut.

Orangtua Livia Pavita Soelistio, mahasiwa Binus, menolak dilakukan tes DNA. Mereka yakin mayat yang ditemukan di Cisauk, Kabupaten Tangerang, Minggu (21/8/2011) adalah mayat putrinya. Keyakinan pihak keluarga ini dari sejumlah barang yang dikenakan mayat tersebut. “Kita minta tes DNA, tapi dari keluarga dari ciri fisik 100 persen yakin. Itu dilihat dari giwang, kalung, rambut sudah rontok, dan baju terakhir yang dipakai,” kata Kapolres Jakarta Barat Setija Junianta kepada wartawan, Senin (22/8/2011). Livia selalu mengenakan kalung liontin bergambar Dewi Kwam In. Kondisi mayat yang sulit untuk diidentifikasi dan tanpa adanya kartu pengenal, menyebabkan polisi belum bisa memastikan.

Sebelumnya, mayat yang diduga Livia ditemukan mayat di pinggir jalan daerah Cisauk, Tangerang Kabupaten, pukul 17.50 WIB ditemukan seorang penggembala yang sedang mencari kambingnya yang hilang. Livia Pavita Soelistio (21), mahasiswi Jurusan Sastra Mandarin Universitas Bina Nusantara, Jakarta dilaporkan hilang keluarganya ke Polsek Kebon Jeruk pada 16 Agustus 2011. Terakhir, Livia terlihat berada di lokasi parkir kendaraan kampus Bina Nusantara Kemanggisan, Jakarta Barat.

Diduga kuat mayat yang ditemukan di Cisauk, Kabupaten Tangerang Minggu (21/8/2011) sore lalu adalah Livia Pavita Soelistio (21). Livia adalah mahasiswi Jurusan Sastra Mandarin Universitas Bina Nusantara, Jakarta yang dilaporkan hilang keluarganya ke Polsek Kebon Jeruk pada 16 Agustus 2011. Keanehan pun muncul, pasalnya saat ditemukan mayat tersebut masih berbusana lengkap ketika terakhir kali Livia di lihat keluarganya.

Sejumlah aksesoris di tubuhnya pun masih lengkap seperti kalung dan giwang. Hal itu juga yang membuat keluarganya yakin bila mayat yang ditemukan di Tangerang adalah Livia. Lalu, apa yang menjadi motif pelaku sampai tega menghabisi nyawa Livia? “Bengkak itu wajar, mayat yang sudah satu minggu bisa bengkak, otopsi juga salah satunya untuk itu memastikan hamil atau tidak. Dari celana dalam kan juga melorot sepaha. Dari otopsi ini nanti bisa di cek, apa korban sebelumnya diperkosa atau tidak,” kata Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol Setija Junianta, Senin (22/8/2011).

Polisi pun akan melihat catatan apa saja yang ada di dalam diary yang saat ini tersimpan di kamarnya. “Ini mungkin bisa jadi petunjuk,” ucapnya. Livia diketahui memiliki seorang pacar yang bekerja di perusahaan pertambangan milik swasta di Papua. “Pacar mau diperiksa pasti nanti,” ujar mantan Kapolres Bekasi Kabupaten ini. Tetapi, di sekitar mayat Livia tidak ditemuka tas yang dibawanya sebelum meninggal. Ini membuat polisi susah mencari petunjuk untuk mengusut kasus ini.

“Korban bawa tas sebelum pergi, karena dia lagi ujian, tapi di TKP tidak ditemukan adanya tas,” ungkapnya.
Biasanya Livia pergi selalu menggunakan angkutan umum. Berdasarkan keterangan saksi mata, terakhir Livia terlihat dikampus pergi sendiri. “Sudah dua saksi dari pelapor (kita periksa), nanti kita intensifkan ke saksi lainnya seperti dosen dan teman dekat. Kita ambil keterangan saja,” ungkapnya.

PEMBUNUH DAN PEMERKOSA MAHASISWI BINUS LIVIA LAVITA SOELISTIO TELAH TERTANGKAP DAN TERNYATA ADALAH SOPIR ANGKOT PENJAHAT KAMBUHAN SPESIALIS PERAMPOK DAN PEMERKOSA PENUMPANG WANITA

Foto Telanjang Clara Adelin Supit Beredar Di Facebook Setelah Di Foto Bugil Membantu Mantan Pacar

Keluarga korban penyebaran foto bugil melalui jejaring pertemanan Facebook meminta, agar pelakunya segera ditangkap. Penyebaran foto tanpa busana Clara Adelin Supit alias Devi Sartika 23, mahasiswi, menurut polisi, diduga dilakukan oleh Jos, mantan pacar Mis, yang tidak lain teman korban sendiri.

Di temui di rumahnya di kawasan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor, ibu korban yang enggan di sebut namanya ini menuturkan, siap berdamai jika pelaku mengaku perbuatannya. Mengenai dugaan penyebar yang dilakukan teman dekatnya sejak kecil Jos, pihak keluarga tidak mau menuduhnya,

“Dugaan sementara ya dia, tapi kalau hukum itu perlu bukti dan keterangan diatas BAP,” katan ibu Devi Senin (13/4) pagi.

Ibu korban menambahkan, selain berteman sejak kecil, Jos kuliah di satu perguruan tinggi swasta jurusan parawisata. “Saat ini belum ada pengakuan dari dia namun kami siap memaafkannya,” katanya.

Kasat Reskrim Polresta Bogor, AKP Irwansyah saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya pada Selasa (14/4) besok akan melakukan pemeriksaan atas korban sendiri, Mis dan Jos. Pihaknya menurut Irwansyah, belum pada tahap penetapan tersangka, mengingat proses pemeriksaan atas Jos, baru dilakukan besok.

Dalam gambar FC, nampak korban yang juga memiliki pekerjaan lain sebagai chear leader ini, terlihat tanpa busana. Sedikitnya ada empat foto korban yang menghadap kedepan dan sisanya diambil dari samping.

Seperti diberitakan harian ini sebelumnya, akibat perbuatan rekannya, korban merasa diri dan keluarganya sangat terhina. Untuk itu, ia meminta pihak kepolisian untuk menangkap pelaku dan memberinya hukuman.

Pengambilan gambar Devi tanpa busana dengan memakai HP ini dilakukan disebuah kamar kost di Kebon Jeruk Jakarta . Devi mau di foto bugil atas rayuan temannya MS, 23, warga Citeureup Bogor.

Kepada korban, Mis mengatakan, mantan cowoknya Jos, 26, warga Tangerang mengidap penyakit guna-guna. Jos menurut Mis dapat sembuh jika melihat foto bugil cewek cantik.

Rayuan demi rayuan dengan nada belas kasihan, membuat korban yang juga seorang Cher Leader ini mau untuk di foto bugil. Kepada Mis, temannya, ia meminta, agar foto telanjang dirinya hanya diperlihatkan pada mantan kekasihnya dan bukan untuk di konsumsi publik.

Usai adegan foto syur, korban menerima sejumlah uang dari Mis rekannya.

“Saya melapor karena merasa dirugikan nama baik dan terhina martabat keluarga. Saya tahu pertama foto syur diri sendiri dari teman tanggal 6/4 lalu. Melihat jelas dan pasti, saya lalu lapor polisi,” kata Devi.

Mis, teman korban juga sudah dimintai keterangan oleh petugas di RS Azra Bogor saat usai melahirkan anaknya Sabtu (10/4). Mis mengakui semua gambar tersebut adalah gambar Devi yang di potret dirinya dengan HP di kamar kostnya di Kebon Jeruk.

“Usai saya foto Devi, semua gambarnya saya kasih ke mantan pacar saya Jos. Saya juga wanti-wanti agar tidak disebarkan ke jejaring social. Eh tahunya sekarang sudah menyebar,” kata seorang petugas mengutip pengakuan Mis saat dikonfirmasi wartawan Sabtu siang.

Kasat Reskrim Polresta Bogor, AKP Irwansyah mengungkapkan, pasca laporan korban, pihaknya sudah meminta keterangan tiga saksi. Hingga saat ini, petugas belum menetapkan tersangka atas kasus ini.

Joshua yang diduga sebagai pelaku penyebaran gambar tanpa busana ini baru akan dimintai keterangan Senin (12/4). Foto syur Devi, menurut Kasat Irwansyah, terakses di account FC.

“Banyak foto telanjang korban. Paling banyak itu menghadap kedepan. Makanya semua yang terlarang terlihat semua,” tandas Irwansyah sambil memperlihatkan gambar telanjang korban, ke wartawan, namun dilarang untuk diabadikan.

Menurut Irwansyah, pelaku penyebaran gambar telanjang, akan dikenakan pasal UU IT Nomor 11 tahun 2008 pasal 27 ayat 1 dan 3 tentang seseorang dengan sengaja menyebarkan asusila atau penghinaan, maka akan diancam penjara 6 tahun atau denda Rp 1 miliar.

Dewi Sartika, 23, mahasiswi Binus yang heboh foto bugilnya di pasang di jejaring sosial facebook mengaku pada polisi pernah di foto bugil di kamar kos2an.

“Tapi foto bugil itu sudah 2 tahun lalu dan itu di fotonya di kamar kos2an untuk album pribadi aja,” ujar Dewi ketika diperiksa polisi, Senin.

Dewi datang ke Polresta Bogor untuk untuk melaporkan kasus foto bugilnya yang di pasang di Facebook oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Pemasangan foto bugil di Facebook, Dewi Sartika mahasiswi Bina Nusantara, Jakarta merupakan kapten cheer leader.

Dalam Facebook-nya, warga Ciparigi, Kota Bogor ini menggunakan nama Clara Adheline Supit.

Menurut Kasat Reskrim Polresta Bogor AKP Irwansyah, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap kasus pencemaran nama baik via Facebook ini.

“Kita masih melakukan penyelidikan dan mudah2an dalam waktu dekat pelakunya sudah bisa ditangkap,” ujar Irwansyah.

Beredarnya foto bugil mahasiswi Binus Dewi Sartika di facebook membuat geger masyarakat, tak kurang pihak keluarganya.

Keluarga Dewi meminta meminta agar pelaku penyebar foto bugil itu segera ditangkap. Ibu Dewi yang ditemui di rumahnya di kawasan Ciparigi, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin, menduga penyebar foto anaknya dilakukan oleh teman dekatnya sejak kecil Joshua.

Dijelaskan, selain berteman sejak kecil, Joshua kuliah di Trisaksi jurusan parawisata. “Saat ini belum ada pengakuan dari dia, namun kami siap memaafkannya,” katanya

Pemasangan foto bugil di Facebook, Dewi Sartika (23),mahasiswi Bina Nusantara, Jakarta merupakan kapten cheer leader. Dalam Facebook-nya, warga Ciparigi, Kota Bogor ini menggunakan nama Clara Adheline Supit.

Menurut Kasat Reskrim Polresta Bogor AKP Irwansyah, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap kasus pencemaran nama baik via Facebook ini. “Hari Senin mendatang kita akan kembali panggil korban,” ujarnya.

Di Mapolresta Bogor untuk melaporkan kasus foto bugilnya yang di pasang di Facebook oleh orang yang tidak bertanggung jawab, Dwi mengaku pernah di foto bugil dua tahun lalu saat masih kuliah di Binus di kamar kos-an.

Mahasiswi Bina Nusantara Binus Yang Hilang Ternyata Melarikan Diri Dair Rumah Untuk Tinggal Bersama Pemain Sinetron

Dua belas hari tanpa kabar, mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus) yang diduga diculik, akhirnya ditemukan polisi tinggal bersama pemain sinetron horor di Poncol RT 03/05 Susukan, Ciracas, Jaktim, Sabtu (25/10) siang.

Melina Herawati, 22, ditemukan polisi sekitar Pk. 14:00 tengah bersenda gurau bersama Ilham Ridho Susilo, 25, kekasihnya, di rumah kontrakan sederhana di Susukan.

Pasangan itu tak bisa berbuat apa-apa ketika sejumlah petugas yang dipimpin Kasat Reskrim, Kompol Roycke Harrilangi, membawanya ke Polres Metro Jaktim.

Selama pemeriksaan, Melina terus menangis. Ilham pun tak kuasa menahan air matanya sambil terus mengatakan takut kehilangan kekasihnya itu. “Saya sangat sayang sama Melina,Pak,” katanya.

Informasi, Melina mengaku pamit dari rumahnya di Jl. Kebon Pala I, Jaktim, untuk pergi kuliah pada 13 Oktober. Namun, ia tak ke kampus melainkan mendatangi rumah keluarga Ilham di Komplek Gaya Motor, Cilincing, Jakut.

Kepada pemuda pemain figuran sejumlah sinetron horor, di antaranya Misteri Gunung Merapi, itu Melina banyak cerita tentang keluarganya.Di antaranya soal sikap Liliana, ibunya, yang sering memarahi.

NGONTRAK RUMAH
Sepuluh hari bermalam di rumah keluarga Ilham, Melina berniat pulang ke rumahnya. Namun, pemuda yang telah dua bulan menjadi kekasih Melina itu khawatir gadisnya terus bersedih karena mendapat tekanan dari sang ibu.

Mereka pun mencari rumah kontrakan. Mereka menjual dua HP milik masing-masing yang dihargai Rp 200.000 per buah. Bermodalkan uang Rp 400.000, pasangan itu mendapat rumah kontrakan seharga Rp 300.000 pada Jumat (24/10) sekitar Pk 23:30.

Di rumah milik Ningsih yang berukuran 3 meter x 4 meter itulah mereka tinggal hingga dijemput polisi Sabtu (25/10) siang.

Kapolres Metro Jaktim Kombes Hasanuddin mengatakan Melina pergi dari rumahnya atas kemauannya sendiri. “Jadi, ia bukan diculik,” ujarnya. “Keduanya manusia dewasa dan tak ada unsur paksaan satu sama lain.”

Sebelumnya, Liliana Herawati, 53, ibu Melina, melaporkan kehilangan anaknya ke Polres Metro Jaktim pada 15 Oktober.

Mahasiswi Binus Kembali Jadi Korban Penculikan dan Pemerkosaan

JAKARTA – Mahasiswi Universitas Bina Nusantara (Binus), Lus, disekap dua hari di sebuah hotel di Bekasi oleh tiga pria. Gadis berkulit putih dan berambut lurus sepunggung itu dirampok luar dalam.Dua hari terkelam bagi gadis berwajah oriental itu bermula ketika Lus seorang diri berdiri di depan Mal Citra, Jalan S Parman, Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (16/2) malam. Mahasiswi itu menunggu taksi untuk pulang ke rumah kosnya di Palmerah, Jakarta Barat. Saat itulah, seorang pria menodong Lus dengan pisau. Gadis berusia 20 tahun itu lantas dipaksa masuk ke sebuah mobil sekitar 10 meter dari tempatnya berdiri. Di dalamnya terdapat dua pria. Lalu, tangan Lus diikat sedangkan matanya ditutup kain. Mobil tersebut lantas meluncur ke Bekasi.

Sepanjang perjalanan ke Bekasi, Lus diikat dan diancam sehingga tidak berani melawan. Dia juga jadi bulan-bulan obyek pelecehan seksual para pria itu, celana dalam Lus juga sempat dilepas paksa dan dibuang kejalan. Mobil kemudian berhenti di sebuah hotel di Jalan Cut Meutia, Bekasi Timur. Mahasiswi asal Makassar, Sulawesi Selatan, itu pun dibebaskan dari ikatan dan disuruh memesan kamar kepada petugas hotel.

Menurut Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Barat Kompol Sujudi, sejauh itu Lus tidak memiliki kesempatan untuk minta tolong karena dibayang-bayangi para pria tersebut. “Lus tak bisa berbuat apa-apa karena ketiga pria itu berada di belakangnya dan mengancam akan membunuh jika Lus macam-macam,” tuturnya, Kamis (21/2).

Pada Kamis (21/2) siang, polisi menangkap Budi (30), warga Pulogadung, Jakarta Timur, yang terlibat perampokan dan pemerkosaan itu. Sedangkan dua kawan Budi hingga semalam masih dicari. “Mereka kawanan pencuri dengan sasaran gadis cantik, dari awal mereka sudah berniat untuk mengambil telepon genggam Lus dan melakukan penyekapan dan pemerkosaan, ini terbukti bahwa mereka menyiapkan tali untuk mengikat korban dan obat kuat pria” papar Sujudi.

Di kamar hotel, ketiga pria itu mencoba melepaskan seluruh pakaian Lus. “Mereka lantas berusaha menelanjangi namun Lus melawan dan berontak,” kata Sujudi. Perlawanan Lus membuat ketiga pria itu naik pitam. Mereka lantas memukuli Lus dan membuka paksa pakaian serta mengikat tangan dan kaki Lus pada keempat tepian ranjang. “Karena mereka semua memakai obat kuat, akhirnya Lus tidak kuat lagi dan jadi tidak sadarkan diri. Ketika siuman, kondisinya sudah telanjang dan lusuh dan tali-tali tersebut sudah dilepas tersangka,” imbuhnya.

Diduga, selama tidak sadarkan diri, mahasiswi itu masih tetap diperkosa. Menurut Sujudi, Lus tersadar pada Minggu (17/2) siang keesokan harinya. Saat itu, ketiga pria yang menyekapnya sudah tidak ada. Sedangkan barang-barang berharga milik Lus, yakni dua handphone (HP) dan uang Rp 100.000 raib.

Lus kemudian minta tolong petugas hotel. Dia pun lantas menghubungi sang kakak yang tinggal satu kos dengannya di Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat. Sang kakak lantas menjemput Lus dan mengantar melaporkan kejadian tersebut ke Porestro Jakarta Barat. Ketika meminta keterangan Lus, polisi mendapatkan gambaran tentang kronologi peristiwa itu dan para pelakunya. “Kami lalu melakukan investigasi. Berdasarkan keterangan korban tentang ciri-ciri pelaku, ada beberapa kelompok yang kami curigai,” tutur Sujudi.

Sementara itu, menurut seorang petugas, Budi sempat mengatakan bahwa ia dan teman-temannya tidak menodong dan memerkosa Lus. “Menurut Budi, Lus adalah jablay (maaf, pelacur-Red) . Mereka membawanya dari Diskotek Millenium di Jalan Gajah Mada,” tuturnya. Pengakuan Budi ini sempat membuat polisi bertanya-tanya karena sangat berbeda dengan pengakuan Lus.

Berdasarkan catatan Sejumlah mahasiswa maupun mahasiswi Binus pernah menjadi korban kejahatan. Sebelum kasus yang menimpa Lus, ada sebuah kasus penculikan yang korbannya adalah Probo Pramono, mahasiswa semester I Fakultas Ilmu Komputer Binus. Peristiwa yang menimpa Probo terjadi 23 Januari 2008. Saat itu, Probo dalam perjalanan ke rumahnya di Glodok, Jakarta Barat. Di tengah jalan, ia dicegat oleh empat pria. Probo lalu dipaksa masuk taksi dan dibawa ke Depok, Jawa Barat. Probo diikat dan dipukuli. Uang tabungannya dikuras oleh para penculik. Para penculik juga meminta tebusan Rp 200 juta kepada orangtua Probo.

Namun Probo dapat melarikan diri, sementara orangtua Probo tidak sampai menyerahkan uang tebusan itu. Sampai berita ini diturunkan keempat penculik Probo belum tertangkap.

Peristiwa yang mengerikan terjadi pada awal Agustus 2005, menimpa Yenny Ho, mahasiswi jurusan Akutansi Komputer, Binus. Yenny ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan di rumah kosnya di Palmerah. Belakangan terungkap, mahasiswi itu dihabisi oleh penjaga rumah kos.

Mahasiswa Binus Di Culik

JAKARTA – Probo Pramono Muliadi (19), mahasiswa Bina Nusantara (Binus), dihipnotis dan diculik empat pemuda, Senin (21/1) jam 15.00, di sekitar Gang Kancil, samping Gedung Harian Pos Kota, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat.Para pelaku menganiaya korban dan minta tebusan ke orang tua korban sebesar Rp 300 juta. Selasa (22/1) pukul 18.00, korban ditemukan ayah dan polisi di Stasiun Depok Lama, Jawa Barat.

Kepada wartawan, Sutarno Muliadi (49) ayah korban, Rabu (23/1) menjelaskan, menurut pengakuan putranya, ketika pulang kuliah dan turun dari kendaraan umum,Pramono dihampiri empat pemuda. Dengan cara mengejutkan korban, tangan korban ditepuk dan dipegang paksa masuk sebuah taksi warna putih.

“Kemungkinan dihipnotis karena anak saya setengah tidak sadar mengikuti kehendak keempat pelaku dan memaksanya naik taksi,” ucap Sutarno. Para pelaku membawa korban ke sebidang kebon di Citayam, Bogor, Jawa Barat.Di sana kedua kaki dan tangan korban diikat dengan tali rafia.

“Keempat pelaku lalu memukuli hampir seluruh bagian kepala hingga bengkak. Kedua telinganya pun sampai berbilur-bilur biru. Setelah menganiaya, salah seorang penculik menghubungi saya lewat telpon, minta uang tebusan sebesar Rp 300 juta. Pelaku menghubungi saya sampai lebih dari lima kali,” tutur Sutarno.

Kedua orang tua korban lalu melaporkan kasus ini ke Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya, Selasa (22/1) tengah malam. Salah seorang reserse yang menemui keduanya sempat menduga kasus ini sebagai kasus pemerasan anak terhadap orang tua. Sebab, para penculik minta uang tebusan ditransfer lewat rekening korban. Tetapi setelah kedua orang tua korban mengatakan, hubungan putranya dengan mereka baik-baik saja, maka dugaan itu melemah.

Sejumlah anggota Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro langsung dikerahkan memburu para penculik.

Selasa pukul 15.00, korban menelpon ayahnya, mengatakan, dirinya berhasil melarikan diri. Saat itu dia ada di Citayam. Ayahnya yang ketika itu sedang bersama sejumlah polisi, mengatakan, naik kendaraan umum apa saja supaya jauh dari para pelaku, lalu menjumpai polisi yang ditemui.

Sesampainya di Stasiun Depok Lama, korban menemui polisi dan menceritakan kejadian yang dialaminya. Sementara itu, ayah korban dan sejumlah polisi menjemput korban. Setelah dimintai keterangan polisi, korban divisum, dan dibawa ke rumahnya yang beralamat di Jalan.Kemurnian VI, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat. Hingga berita ini ditulis, polisi, seperti pengakuan Kepala Sat Jatanras, Direskrimum, Polda Metro, Ajun Komisaris Besar Fadhil Imran, masih memburu keempat penculik.

Mahasiswa Diculik, Tebusan Rp. 300 Juta

JAKARTA – Probo Pramono Muliadi (19), mahasiswa Bina Nusantara atau Binus, dihipnotis dan diculik empat pemuda, Senin (21/1) pukul 15.00 di sekitar Gang Kancil, samping Gedung Harian Pos Kota, Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat. Para pelaku menganiaya korban dan minta tebusan kepada orangtua korban sebesar Rp 300 juta.

Sehari kemudian, tepatnya Selasa pukul 18.00, korban ditemukan polisi dan ayahnya di Stasiun Depok Lama, Jawa Barat.

Kepada wartawan, Sutarno Muliadi (49), ayah korban, Rabu, menjelaskan, menurut pengakuan putranya, ketika pulang kuliah dan turun dari kendaraan umum, Pramono dihampiri empat pemuda.

Mereka melakukan aksinya dengan cara mengejutkan korban, yakni tangan korban ditepuk dan dipegang paksa masuk ke sebuah taksi warna putih.

”Kemungkinan dihipnotis karena anak saya setengah tidak sadar mengikuti kehendak keempat pelaku dan memaksanya naik taksi,” ucap Sutarno.

Para pelaku membawa korban ke sebidang kebun di Citayam, Bogor, Jawa Barat. Di sana kedua kaki dan tangan korban diikat dengan tali rafia.

”Keempat pelaku lalu memukuli hampir seluruh bagian kepala hingga bengkak. Kedua telinganya pun sampai berbilur biru. Setelah menganiaya, salah seorang penculik menghubungi saya lewat telepon. Penculik itu minta uang tebusan Rp 300 juta. Pelaku menghubungi saya lebih dari lima kali,” tutur Sutarno.

Kedua orangtua korban lalu melaporkan kasus ini ke Sentra Pelayanan Kepolisian Polda Metro Jaya, Selasa tengah malam. Salah seorang reserse yang menemui keduanya sempat menduga masalah ini sebagai kasus pemerasan anak terhadap orangtua. Dugaan itu muncul karena para penculik minta uang tebusan ditransfer lewat rekening korban.

Akan tetapi, setelah kedua orangtua korban meyakinkan bahwa hubungan antara mereka berdua dan putranya baik-baik saja, dugaan itu melemah.

Sejumlah anggota Satuan Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro langsung dikerahkan untuk memburu para penculik.

Berhasil melarikan diri
Selasa pukul 15.00, Pramono menelepon ayahnya dan mengatakan dirinya berhasil melarikan diri. Saat itu dia ada di Citayam.

Ayahnya yang ketika itu sedang bersama sejumlah polisi meminta agar Pramono naik kendaraan umum apa saja supaya jauh dari para pelaku, lalu menjumpai polisi yang ditemui.

Sesampainya di Stasiun Depok Lama, korban menemui polisi dan menceritakan kejadian yang dialaminya. Sementara itu, ayah korban dan sejumlah polisi menjemput korban. Setelah dimintai keterangan polisi, korban divisum dan dibawa ke rumahnya yang beralamat di Jalan Kemurnian VI, Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.

Saat ini, menurut pengakuan Kepala Satuan Kejahatan dengan kekerasan, Direskrimum, Kepolisian Daerah Metro Ajun Komisaris Besar Fadhil Imran, polisi masih terus memburu keempat penculik

Mahasiswi Digilir Tiga Pria Keren

JAKARTA – Ini pelajaran bagi cewek yang pulang malam sendirian. Seorang mahasiswi Kampus Bina Nusantara (Binus) diculik tiga penjahat lalu disekap di sebuah hotel di daerah Bekasi Timur. Korban diikat, dianiaya dan dicekoki obat bius hingga pingsan lalu digilir.

Dalam keadaan pingsan gadis ini ditinggal kabur. Kawanan ini mengambil HP dan uang Rap 500 ribu milik korban. Seorang pelakunya, Alex,23, berhasil dibekuk Resmob Polres Jakarta Barat di tempat persembunyiannya di kawasan Pulogadung, Jaktim, Kamis (21/2) dinihari.

Nasib malang ini menimpa Li, 21, mahasiswi semester tujuh jurusan manajemen. Berawal ketika korban Sabtu (16/2) malam Pk. 20:30 pulang dari Mal Ciputra Grogol, korban menunggu taksi di dekat gerbang samping pusat perbelanjaan itu yang biasa dijadikan lokasi mangkalnya taksi.

Tak lama berselang, muncul seorang lelaki yang tiba-tiba menodongkan pisau dan menyeret tubuh korban ke mobil minibis Izusu Phanter. Rupanya di dalam mobil itu sudah ada dua pria lainnya. Dengan dibekap pakai tangan korban yang tak bisa berbuat apa-apa lalu dibawa ke arah Bekasi Timur. Dalam perjalanan korban diikat dan mulutnya dilakban sambil diancam jangan melawan.

Setiba di Bekasi Timur, mahasiswi bertubuh kecil itu dibawa ke sebuah hotel. Sebelum turun dari mobil, pelaku sudah berpesan agar Li bersikap biasa saja dan memesan kamar atas nama dirinya kalau ia mau selamat. Setelah KTP ditinggal di receptionis, Li dan tiga pria itu masuk ke kamar.

DICEKOKI OBAT
Di dalam kamar Li disiksa dan dicekoki obat tidur. “Saya dipukuli, lalu dicekik hingga tak sadarkan diri,” kata korban kepada petugas ketika melapor ke Polres Jakarta Barat, Kamis (21/2). Dalam keadaan tak sadarkan diri ia diperkosa secara bergiliran. Puas setelah menodai korban, para pelaku kabur dengan menggasak 2 HP dan uang Rp 500 ribu.

Esoknya, Minggu (18/2) siang sekitar Pk 14:00, korban baru sadar tubuhnya tergeletak di tempat tidur hotel. Li meratapi nasibnya sebelum kemudian ia meminta tolong kepada petugas hotel untuk dicarikan taksi dan pulang ke rumah kosnya di Kemanggisan.

Oleh keluarganya kasus ini dilaporkan ke Polres Jakbar. Orang tua Li yang tinggal di Sulawesi langsung terbang ke Jakarta setelah mendengar nasib yang menimpa putrinya.

Petugas Polres Jakbar dipimpin Kasat Reskrim, Kompol Suyidi Ario Seto langsung melacak identitas pelaku berdasarkan pengakuan korban. Satu pelaku, Alex berhasil dibekuk sedang dua lainnya masih dalam pengejaran.

Diantar oleh orang tuanya, Li tampak masih trauma saat dipertemukan dengan tersangka Alex. Dia sempat mencaci maki lelaki tersebut. “Dasar kamu setan, biadab. Kamu sudah menghancurkan masa depan saya,” kata Li yang masih mengenal wajah pelaku.

Gadis yang kos di daerah Kemanggisan, Jakarta Barat, ini semula mau menonjok tersangka, tapi petugas segera mengamankan lelaki tersebut ke ruangan lain.

Ibu dan ayahnya yang keberatan disebutkan namanya itu menyatakan sangat terpukul atas kejadian yang menimpa sang putri. “Tubuhnya masih membiru karena dipukuli. Mereka kejam. Mereka tidak berprikemasiaan,” ucap ibunya yang sengaja datang dari Makassar dan langsung ke Polres Jakarta Barat, Kamis siang.

BERAKSI SENDIRI
Tersangka Alex, kepada polisi mengaku melakukan perbuatan itu sendirian. Ia menculik korban pakai taksi dari depan Mal Ciputra Grogol lalu membawanya ke Bekasi. Sedangkan korban meskipun masih merasakan kepalanya pusing, mengatakan dirinya sangat ingat sekali kalau para pelakunya berjumlah tiga orang dan ia dibawa pakai Isuzu Phanter.

Polisi tidak percaya begitu saja dengan pengakuan Alex. Lelaki berkulit hitam ini langsung dibawa untuk mencari dua temannya yang berkomplot menculik dan memperkosa Li. Motif sementara kasus penculikan ini, pelaku ingin menguasai harta korban.

Namun dalam perjalanan, para pelaku berubah niat selain merampas harta korban juga ingin menodai gadis ini. Tersangka yang oleh petugas diidentifikasi sebagai pemain lama khusus kejahatan dengan modus seperti itu, kini masih diperiksa secara intensif. Barang bukti yang disita petugas, 2 HP, obat bius serta pakaian pelaku yang dipakai saat menculik.

Kapolres Jakarta Barat, Kombes Dr Iza Fadri menyatakan pihaknya akan mengungkap kasus sampai tuntas. “ Perbuatan tersangka sudah meresahkan,” ujar Fadri yang mengimbau kepada kaum wanita terutama gadis remaja agar selalu waspada.

Kasus penculikan mahasiswa sudah beberapa kali terjadi. Seorang mahasiswi Binus pada Mei 2007 juga diculik oleh pria kenalannya lalu disekap di Hotel di Puncak. Motifnya minta uang tebusan. Lalu pada Desember 2007, seorang mahasiswa Universitas Trisakti pulang kuliah jalan kaki di Jalan Dr Soesilo, Grogol, diculik penjahat bertaksi. Korban dianiaya, dalam kondisi tubuh terikat ia dibuang di kebun kosong kawasan Depok.