Meski ribuan orang telah ditangkap, praktek premanisme ternyata masih subur, terutama di kompleks perumahan dan kawasan industri. Keberadaan mereka terasa menghantui kehidupan warga karena tanda ada tindakan hukum semestinya.
Di daerah pinggiran Jakarta, aksi premanisme tampil dengan berkedok kuli angkut atau tenaga bongkar muat. Kiprahnya ada yang berkelompok kecil ada pula terorganisir dan diduga dibekingi oknum aparat.
Organisasi mereka biasanya beraroma kedaerahan menguasai kawasan industri atau perumahan. Cara kerjanya untuk mendapatkan uang dengan meminta upeti bila ada proyek pembangunan.
Setiap kendaraan yang keluar-masuk kawasan kekuasaannya membawa barang, langsung dimangsa. Kepada awak kendaraan, mereka minta sejumlah uang upeti yang besarnya ditentukan seenaknya.
”Kalau tidak diberi, mereka marah dan melempari kendaraan, ” kata Santoso, satu supplier (pemasok) bahan bangunan yang mengaku sering diperas preman di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Senin (24/11).
Kelompok ini memaksa korban pemerasan untuk menggunakan tenaga angkut atau bongkar dari anggota geng mereka. ”Saya juga heran, ketika membawa besi baja seberat 6 ton, mereka minta uang bongkar. Padahal yang nurunin forklift.”
PREMAN PERUMAHAN
Hal yang sama juga terjadi di kawasan perumahan, terutama di lokasi baru yang terdapat di Kabupaten Bekasi.”Bayangkan, ketika saya mau merenovasi rumah BTN, dikenai biaya pompa dan septictank Rp 2 jutaan. Kalau bikin sendiri tidak sampai setengahnya,” kata Ridho, warga satu perumahan di Tambun Selatan.
Dia menyebutkan bila tidak dituruti jangan harap renovasi rumah lancar. ”Belum lagi kalau bawa material dari luar, pasti dipajak mereka.”
Suasana tersebut mengesankan hukum rimba. Penegakan hukum menjadi impian banyak orang. Warga juga heran mengapa tindak kriminalitas terang-terangan tersebut dibiarkan aparat berwenang.
Menanggapi hal ini, Kapolres Metro Kabupaten Bekasi, AKBP Herri Wibowo, menegaskan pihaknya tidak segan-segan menyikat habis, terutama preman yang terorganisir.
Menurut Kasat Reskrim Polres Metro Kabupaten Bekasi, AKP Susetyo Condro, kawanan preman di kawasan industri sebenarnya sudah kerap dirazia, tetapi mereka selalu menghilang. ”Karena itu kami berharap warga jangan ragu melapor jika ada aksi premanisme di wilayahnya,” katanya pula.
SANGAT MERESAHKAN
Tidak hanya di wilayah Bekasi, praktek dan keresahan serupa berlangsung di kawasan Depok dan Tangerang. Warga perumahan di Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, sehari-harinya menghadapi premanisme.
Modus mereka berkedok kuli panggul yang mendatangai penghuni kompleks yang sedang membangun. Preman ini biasanya berkumpul di depan toko bangunan sambil menunggu kendaraan pengangkut barang-barang.
Bila ada kendaraan yang mengangkut semen, batu bata dan pasir, mereka langsung mengejar. Setelah sampai tujuan, kawanan preman langsung menurunkan barang tanpa diperintahkan sang pemilik.
Buntutnya, mereka minta uang jasa.Jika pemilik proyek bangunan hanya memberi sedikit uang, mereka berteriak minta tambah. Tak digubris, mereka mengancam menghancurkan barang-barang.
Deniarto, warga, mengatakan, kegiatan yang dilakukan kawanan preman itu sangat menakutkan. Bila mereka kerja sebagai kuli atas dasar kesepakatan, justru sangat membantu.
“Kehadiran mereka cukup membantu, namun bila memaksa minta upah yang cukup besar, ya meresahkan juga, “ kata pria yang menjadi mandor proyek pembangunan rumah.
HARGA LEBIH TINGGI
Warga bisa tidak berhubungan langsung dengan preman yaitu melalui pengusaha material. Namun harga materialnya lebih tinggi karena telah dimasukkan biaya preman. “Biasanya pelanggan kami beritahu lebih dulu, mau bayar langsung ke kuli angkut atau lewat kami,” ujar Yunan, karyawan toko bangung.
Contohnya, batu bata harga normal Rp250/batang naik menjadi Rp300 termasuk untuk preman. “Kebanyakan pelanggan lebih memilih membeli barang berikut ongkos upah kuli panggul, biar nggak ribed.”
Praktek premanisme model serupa di Kelurahan Cinangka, Sawangan, Depok dalam bentuk permintaan jatah kuli angkut dari mobil-mobil material yang keluar-masuk perumahan. “Untuk jasa menurunkan pasir ukuran Kijang, warga dikenai tarif Rp13 ribu. Belum lagi bata dan semen. Kita sebenarnya keberatan karena menjadikan ekonomi biaya tinggi, tapi tak bisa berbuat apa-apa,” jelas warga perumahan di Cinangka.
Aparat Polsek Serpong mengaku sering mengamankan pelakunya. “Kita sering mengamankan pelaku pemerasan dengan modus seperti itu. Masyarakat jangan takut lapor,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Serpong, Ipda Fiki Novian Ardiansyah.
KESENJANGAN EKONOMI
Erlangga Masdiana, Kriminolog Universitas Indonesia (UI), mengatakan faktor utama menyeruaknya premanisme adalah kensenjangan ekonomi. Selain itu banyak warga sekitar perumahan atau kawasan industri tidak memiliki pekerjaan tetap. “Faktor itulah yang akhirnya memicu premanisme.”
Pihak kepolisian, kata Erlangga, harus berani bertindak tegas untuk melindungi warga. Upaya mengurangi aksi premanisme khususnya di kawasan industri, diharapkan perusahaan juga harus berani mempekerjakan warga sekitar. “Dengan cara seperti ini saya rasa aksi premanisme lingkungan dapat dicegah. Selain menyiapkan lapangan pekerjaan pihak perusahaan juga harus menyediakan sekolah atau training bagi masyarakat sekitar.”
BERANTAS PREMANISME
Kaba Reskrim Mabes Polri, Komjen Pol. Susno Duadji, ketika dihubungi menegaskan semua bentuk pungutan liar baik yang dilakukan perorangan, kelompok terorganisir atau oknum berseragam adalah aksi premanisme.
“Preman di perumahan, pasar, terminal, penagih utang semua kita sikat karena sudah sangat meresahkan masyarakat. Polisi punya senjata, kenapa harus takut? Kalau aparat jadi beking juga akan kita basmi,” tegas Susno Duadji.
Selama sekitar tiga minggu digelar operasi preman di wilayah Jabodetabek, tak kurang dari 4.057 orang diduga sebagai preman dirazia. Dari jumlah tersebut , 327 dijadikan tersangka. Operasi ini terus digelar. Targetnya masyarakat betul-betul merasa aman. (tim PkPreman Hantui Warga Perumahan dan Industri
JAKARTA (Pos Kota) – Meski ribuan orang telah ditangkap, praktek premanisme ternyata masih subur, terutama di kompleks perumahan dan kawasan industri. Keberadaan mereka terasa menghantui kehidupan warga karena tanda ada tindakan hukum semestinya.
Di daerah pinggiran Jakarta, aksi premanisme tampil dengan berkedok kuli angkut atau tenaga bongkar muat. Kiprahnya ada yang berkelompok kecil ada pula terorganisir dan diduga dibekingi oknum aparat.
Organisasi mereka biasanya beraroma kedaerahan menguasai kawasan industri atau perumahan. Cara kerjanya untuk mendapatkan uang dengan meminta upeti bila ada proyek pembangunan.
Setiap kendaraan yang keluar-masuk kawasan kekuasaannya membawa barang, langsung dimangsa. Kepada awak kendaraan, mereka minta sejumlah uang upeti yang besarnya ditentukan seenaknya.
”Kalau tidak diberi, mereka marah dan melempari kendaraan, ” kata Santoso, satu supplier (pemasok) bahan bangunan yang mengaku sering diperas preman di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Senin (24/11).
Kelompok ini memaksa korban pemerasan untuk menggunakan tenaga angkut atau bongkar dari anggota geng mereka. ”Saya juga heran, ketika membawa besi baja seberat 6 ton, mereka minta uang bongkar. Padahal yang nurunin forklift.”
PREMAN PERUMAHAN
Hal yang sama juga terjadi di kawasan perumahan, terutama di lokasi baru yang terdapat di Kabupaten Bekasi.”Bayangkan, ketika saya mau merenovasi rumah BTN, dikenai biaya pompa dan septictank Rp 2 jutaan. Kalau bikin sendiri tidak sampai setengahnya,” kata Ridho, warga satu perumahan di Tambun Selatan.
Dia menyebutkan bila tidak dituruti jangan harap renovasi rumah lancar. ”Belum lagi kalau bawa material dari luar, pasti dipajak mereka.”
Suasana tersebut mengesankan hukum rimba. Penegakan hukum menjadi impian banyak orang. Warga juga heran mengapa tindak kriminalitas terang-terangan tersebut dibiarkan aparat berwenang.
Menanggapi hal ini, Kapolres Metro Kabupaten Bekasi, AKBP Herri Wibowo, menegaskan pihaknya tidak segan-segan menyikat habis, terutama preman yang terorganisir.
Menurut Kasat Reskrim Polres Metro Kabupaten Bekasi, AKP Susetyo Condro, kawanan preman di kawasan industri sebenarnya sudah kerap dirazia, tetapi mereka selalu menghilang. ”Karena itu kami berharap warga jangan ragu melapor jika ada aksi premanisme di wilayahnya,” katanya pula.
SANGAT MERESAHKAN
Tidak hanya di wilayah Bekasi, praktek dan keresahan serupa berlangsung di kawasan Depok dan Tangerang. Warga perumahan di Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, sehari-harinya menghadapi premanisme.
Modus mereka berkedok kuli panggul yang mendatangai penghuni kompleks yang sedang membangun. Preman ini biasanya berkumpul di depan toko bangunan sambil menunggu kendaraan pengangkut barang-barang.
Bila ada kendaraan yang mengangkut semen, batu bata dan pasir, mereka langsung mengejar. Setelah sampai tujuan, kawanan preman langsung menurunkan barang tanpa diperintahkan sang pemilik.
Buntutnya, mereka minta uang jasa.Jika pemilik proyek bangunan hanya memberi sedikit uang, mereka berteriak minta tambah. Tak digubris, mereka mengancam menghancurkan barang-barang.
Deniarto, warga, mengatakan, kegiatan yang dilakukan kawanan preman itu sangat menakutkan. Bila mereka kerja sebagai kuli atas dasar kesepakatan, justru sangat membantu.
“Kehadiran mereka cukup membantu, namun bila memaksa minta upah yang cukup besar, ya meresahkan juga, “ kata pria yang menjadi mandor proyek pembangunan rumah.
HARGA LEBIH TINGGI
Warga bisa tidak berhubungan langsung dengan preman yaitu melalui pengusaha material. Namun harga materialnya lebih tinggi karena telah dimasukkan biaya preman. “Biasanya pelanggan kami beritahu lebih dulu, mau bayar langsung ke kuli angkut atau lewat kami,” ujar Yunan, karyawan toko bangung.
Contohnya, batu bata harga normal Rp250/batang naik menjadi Rp300 termasuk untuk preman. “Kebanyakan pelanggan lebih memilih membeli barang berikut ongkos upah kuli panggul, biar nggak ribed.”
Praktek premanisme model serupa di Kelurahan Cinangka, Sawangan, Depok dalam bentuk permintaan jatah kuli angkut dari mobil-mobil material yang keluar-masuk perumahan. “Untuk jasa menurunkan pasir ukuran Kijang, warga dikenai tarif Rp13 ribu. Belum lagi bata dan semen. Kita sebenarnya keberatan karena menjadikan ekonomi biaya tinggi, tapi tak bisa berbuat apa-apa,” jelas warga perumahan di Cinangka.
Aparat Polsek Serpong mengaku sering mengamankan pelakunya. “Kita sering mengamankan pelaku pemerasan dengan modus seperti itu. Masyarakat jangan takut lapor,” ungkap Kanit Reskrim Polsek Serpong, Ipda Fiki Novian Ardiansyah.
KESENJANGAN EKONOMI
Erlangga Masdiana, Kriminolog Universitas Indonesia (UI), mengatakan faktor utama menyeruaknya premanisme adalah kensenjangan ekonomi. Selain itu banyak warga sekitar perumahan atau kawasan industri tidak memiliki pekerjaan tetap. “Faktor itulah yang akhirnya memicu premanisme.”
Pihak kepolisian, kata Erlangga, harus berani bertindak tegas untuk melindungi warga. Upaya mengurangi aksi premanisme khususnya di kawasan industri, diharapkan perusahaan juga harus berani mempekerjakan warga sekitar. “Dengan cara seperti ini saya rasa aksi premanisme lingkungan dapat dicegah. Selain menyiapkan lapangan pekerjaan pihak perusahaan juga harus menyediakan sekolah atau training bagi masyarakat sekitar.”
BERANTAS PREMANISME
Kaba Reskrim Mabes Polri, Komjen Pol. Susno Duadji, ketika dihubungi menegaskan semua bentuk pungutan liar baik yang dilakukan perorangan, kelompok terorganisir atau oknum berseragam adalah aksi premanisme.
“Preman di perumahan, pasar, terminal, penagih utang semua kita sikat karena sudah sangat meresahkan masyarakat. Polisi punya senjata, kenapa harus takut? Kalau aparat jadi beking juga akan kita basmi,” tegas Susno Duadji.
Selama sekitar tiga minggu digelar operasi preman di wilayah Jabodetabek, tak kurang dari 4.057 orang diduga sebagai preman dirazia. Dari jumlah tersebut , 327 dijadikan tersangka. Operasi ini terus digelar. Targetnya masyarakat betul-betul merasa aman