Front Pembela Islam merasa kecewa terhadap sebagian media massa dan elektronik yang hanya memberitakan pergerakan organisasi tersebut pada saat terjadi benturan di tempat hiburan malam. Menurut mereka, apa yang termuat di media itu hanya 10 persen dari total aktivitas yang mereka lakukan.
“Kami merasa dirugikan atas pemberitaan itu, karena telah membentuk opini masyarakat seolah-olah FPI itu organisasi radikal. Padahal, strategi pergerakan FPI mengutamakan dialog dan teguran melalui surat,” ujar Habib Rizieq, Ketua Front Pembela Islam (FPI) setelah menjadi narasumber dalam dialog interaktif di RRI Tanjungpinang., Selasa (30/11/2010).
Ia mengatakan, pergerakan FPI dalam merespons keluhan masyarakat terhadap aktivitas tempat hiburan malam dan perjudian di daerah tertentu lebih banyak dilakukan melalui dialog dan surat yang berisi desakan agar pemerintah setempat bertindak.
Pergerakan itu membuahkan hasil, karena pemerintah meresponsnya secara positif dengan menutup tempat hiburan malam dan perjudian yang meresahkan masyarakat.
Hampir seluruh pergerakan FPI dalam merespons keluhan masyarakat melibatkan wartawan. Namun kegiatan itu tidak diberitakan di media massa maupun elektronik.
Berita yang sering dimuat di media massa dan disiarkan di televisi swasta tertentu adalah pergerakan pada 2002-2003, sementara kegiatan yang positif yang dilakukan pada saat itu hingga sekarang tidak dimuat di media massa dan elektronik.
“Kami undang beberapa wartawan untuk mengikuti pergerakan kami, namun sangat disayangkan hal itu tidak dipublikasikan di media. Salah seorang wartawan menyatakan kepada saya bahwa kegiatan yang FPI lakukan tidak memiliki nilai berita,” ungkapnya.
Habib Rizieq mengemukakan, FPI pernah mengeluhkan permasalahan itu kepada Dewan Pers, dan melakukan berbagai upaya untuk menetralisir berita-berita yang dinilai merugikan.
Strategi FPI dalam menetralisir berita media massa dan elektronik tertentu adalah dengan menyebarkan berita “kebenaran” yang dimuat pada ribuan selebaran dan disebarkan ke seluruh Indonesia.
“FPI juga memiliki ‘website’ yang dapat dikunjungi masyarakat,” ungkapnya.
Ia mengatakan, FPI memiliki pedoman dalam melaksanakan kegiatan yaitu tidak melanggar hukum agama dan hukum negara. Bahkan strategi pergerakan FPI diatur dalam petunjuk pelaksana organisasi.
Strategi Dialog FPI adalah dengan melempari Kantor Maxima dengan telur busuk, tomat busuk dan ayam mati
Sepertinya aksi menolak kedatangan Miyabi yang dilakukan oleh pihak FPI tidak main-main. Mereka telah mempersiapkan telur dan tomat busuk, serta ayam mati, guna dilempar ke kantor Maxima.
“Kami akan melempar telor, tomat busuk, serta beberapa ayam mati ke kantor Maxima besok siang,” tegas Habib Salim Selon selaku Ketua DPD FPI DKI Jakarta Selatan saat dikonfirmasi, Selasa (30/11/2010).
Dalam aksinya besok, FPI juga akan melakukan sejumlah pembakaran foto ataupun gambar perempuan kelahiran Hokkaido, Jepang, tersebut.
“Besok sekitar pukul 2 siang, kami akan melakukan aksi, yaitu melakukan pembakaran semua foto-foto Miyabi, serta foto-foto yang ada di kantor Maxima,” tuturnya lagi.
FPI pun akan mengerahkan massa yang jumlahnya tidak begitu banyak, yaitu sekira seratus orang, untuk melancarkan aksi penolakan bintang porno tersebut.
“Tidak cukup banyak, yaitu sekitar seratus orang saja. Ya setidaknya, kami ingin membuat mereka kelabakan,” paparnya.
Aksi yang akan dilakukan oleh FPI adalah bagian dari bentuk teguran secara keras kepada pihak Maxima, agar tidak mendatangkan Miyabi. Jika aksi tersebut tidak digubris, maka mereka akan melaporkannya kepada pihak kepolisian.
“Kalau kecolongan lagi, seperti dia (Miyabi) berada di Grand Indonesia beberapa waktu lalu, kami akan menuntut, serta melaporkan Maxima ke Polda Metro Jaya. Kami tidak main-main,” bebernya.