Daily Archives: April 4, 2008

Anak Direktur Perusahaan Asuransi Tewas Karena Aborsi Akibat Dihamili Oleh Kakak Iparnya

JAKARTA – Klinik yang melayani aborsi ilegal bertebaran di Jakarta. Bahkan lulusan SPK (Sekolah Pendidikan Keperawatan) saja bisa memiliki klinik. Akibatnya fatal, praktek aborsi pun menelan korban jiwa.

Kejadian mengerikan menimpa Dini Kurniati, 23, gadis yang dijemput maut setelah menggugurkan janinnya di rumah perawat di Cipayung, Jaktim. Cewek warga Cipayung ini tewas di tangan Erna Rumondang Manalu, 40, yang membuka praktek di Kampung Bojong RT 06/06 Pondok Kelapa, Jaktim.

Di rumah dua lantai dengan cat putih itu, Erna mengaborsi janin 2,5 bulan yang dikandung karyawati toko distributor cat di Pangakalan Jati. Sekitar 100 meter dari rumahnya, sudah dua tahun ia membuka Klinik IKM Bojong Indah, namun praktek aborsi dilakukan di rumah.

Sejumlah saksi mata menyebutkan anak pejabat sebuah perusahaan asuransi besar ini digendong di punggung seorang pemuda Rabu (2/4) Pk. 16:00.

Mengenakan baju kuning dengan sarung yang tersibak hingga bokong dan pembalutnya terlihat, Dini sangat pucat. Yang membuat warga kaget, dari bagian atas paha wanita itu darah mengalir deras, menetes dan berceceran di jalan. Keduanya naik taksi, Erna mengikuti dengan motor.

“Melihat darah begitu, kami kaget,” kata Junaidi, warga. Penasaran ingin tahu apa yang terjadi, ia dan beberapa warga lain mengikuti ceceran darah di jalan yang bermuara dari rumah Erna yang selama ini dikenal warga sebagai bidan.

Tak lama, Simarmata, suami Erna keluar. Kepada warga yang berkerumun, bapak empat anak itu mengatakan wanita itu kerabatnya yang terluka saat bertengkar dengan suaminya.

Namun, tak semua warga terima saja penjelasan itu. Beberapa di antaranya melaporkan peristiwa yang dilihatnya ke Polsek Duren Sawit. Polisi pun bertindak. Apalagi setelah Dini yang masuk RSI Pondok Kopi Pk. 16:20 akhirnya meninggal dua jam kemudian.

Akibat kejadian ini, polisi memeriksa A Fikri,36, mantan pacar Dini serta menangkap Erna. Diduga lebih dari 100 janin sudah ‘dieksekusi’ oleh wanita ini.

LULUSAN SPK
Rumah tempat Dini menggugurkan kandungannya digeledah. Erna ternyata bukan bidan seperti yang selama ini diketahahui warga, ia hanya lulusan SPK di Sumetera Utara yang pernah bekererja pada seorang bidan.

Di lantai dua polisi mendapatkan Wiwik Yuliati, 21, terbaring lemah setelah diberi pil tidur dan siap menunggu Erna menguras janin 3 bulan yang dikandungnya. Cewek ini batal diaborsi, malah digelandang ke kantor polisi.

Sejumlah alat suntik bekas pakai ditemukan di tempat sampah. Sejumlah peralatan aborsi seperti vacum, alat pembuka vagina dan slang disita sebagai barang bukti.

Gestinah, 21, yang dipercaya Erna membantu menjaga Klinik IKM Bojong Indah, yang diduga merangkap sebagai asisten dalam mengaborsi, ikut digelandang ke kantor polisi. Aisiah, pembantu yang sehari-hari memomong anak bungsu Erna yang berusia dua bulan, ikut dimintai keterangan.

Sedangkan Erna ditangkap polisi di sebuah rumah makan cepat saji di Jalan Radin Inten sekitar Pk. 02:00. Ia datang setelah polisi meminta kerabatnya menghubungi karena ada pasien aborsi lain.

Sebelumnya, petugas sempat kesulitan melacak keberadaannya karena setelah dari RSI Pondok Kelapa mengantar Dini, wanita itu tak ada di rumahnya. Mengetahui ada korban tewas aborsi, keruan saja warga pun berkerumun.

SUARA SETAN
Kepada Wiwik, Erna meminta bayaran Rp 3,5 juta untuk menggugurkan janin yang disebut-sebut berayahkan kakak iparnya. Sedikitnya, Erna sudah mengaborsi 40 janin namun diduga lebih dari 100 karena ia sudah lama membuka praktek.

Darah dan janin yang dikeluarkan secara paksa itu tak dikubur. Ia menampungnya dalam plastik lalu Erna atau Gestinah membuangnya ke Kali Bojong yang alirannya deras.

Warga mengaku tak tahu menahu rumah itu digunakan Erna sebagai tempat aborsi. Beberapa kali terdengar suara wanita menangis kesakitan di malam hari. “Bisa jadi suara itu karena korban yang diaborsi, tapi orang yang mendengar justru mengira itu suara setan,” ujar Ny. Hasanah, warga.

Sejumlah warga lain mengaku sering melihat wanita muda cantik datang ke rumah itu. Bahkan ada yang mengenakan seragam sekolah. Biasanya, mereka datang dijemput Gestinah di suatu tempat dan kembali diantar beberapa jam setelahnya.

“Herannya, mereka kalau baru datang segar-segar tapi saat keluar kelihatan lemas, jalannya pun menunduk,” kata Aini.

Mendengar kabar bidan melakukan aborsi, lima bidan yang terbagung dalam Himpunan Bidan Duren Sawit mendatangi kantor polisi. Mereka ingin meminta keterangan namun polisi yang masih memeriksa intensif Erna dan Gestinah.

ABORSI ILEGAL
Dikonfirmasi melalui telepon, Kapolsek Duren Sawit Kompol Khalidi mengatakan Erna terancam melanggar pasal 80 UU No. 23/92 tentang Kesehatan karena menggunakan perlatan medis dan praktek aborsi tanpa ijin.

Selain itu, ia juga melanggar pasal 348 KUHP karena bukan seorang yang ahli di bidangnya namun melalukan aborsi hingga korbannya meningal. “Erna dan Gestinah bisa diganjar tujuh tahun penjara,” ujarnya.

Memanggapi hal itu, Dr. Djajadilaga, SpOG, Kabid Keluarga Berencana POGI, mengatakan yang berhak mengaborsi adalah dokter kandungan, ahli kebidanan atau bidan.

“Itupun dengan alasan medis yang bisa membahayakan jiwa ibu bila melahirkan,” ujarnya. Diakuinya, sekarang banyak aborsi tak aman dengan resiko kematian. Karenanya, angka kematian ibu yang melahirkan di Indonesia cukup tinggi, yakni dari 307 orang melahirkan 100 di antaranya meninggal.

Sedangkan Dr Prima Siwiningsih Walujati, plh Sudin Pelayanan Kesehatan Jakarta Timur, berjanji mencek izin klinik tersebut. “Jangan sampai papan nama dipasang untuk kedok aborsi,” ujarnya.

Kaum Gay Sodomi Anak Jalanan Yang Dibeli Dari Sindikat Prostitusi Kaum Gay

JAKARTA – Sindikat ‘prostitusi’ anak-anak jalanan yang dijual kepada kaum lelaki untuk disodomi, dibongkar aparat Polda Metro Jaya. Germonya, lelaki gigolo yang mencari mangsa bocah di jalanan serta anak-anak stasiun kereta untuk dijual sebagai komoditas seks.

Sang mucikari, Iwan,27, dibekuk petugas saat nongkrong di stasiun Beos, Tamansari, Jakarta Barat, Rabu (2/4) sore. Lelaki ini ditangkap ketika sedang menunggu pelanggan yang biasa mengencani bocah-bocah yang dijual Iwan.

Empat bocah yang akan dijualnya, AF,14, RK,14, In,15, serta Ys,13, juga digelandang ke Polda Metro Jaya. “Saya dapatnya Rp 150 ribu setiap habis melayani satu orang. Saya sih udah dua kali dibawa,” kata AF, pengamen jalanan.

Biasanya, kata AF, mereka disodomi di beberapa panti pijat di daerah Jakarta Barat serta di hotel kecil. Setiap kali kencan dengan mereka dibayar antara Rp150 ribu hingga Rp250 ribu. Iwan sendiri sebagai mucikari menerima Rp 50 ribu untuk setiap bocah yang dijualnya. “Uang itu langsung dipotong oleh Iwan,” tambah AF.

Sepak terjang Iwan dalam dunia prostitusi anjal (anjal) sudah sekitar enam bulan. Dia sering mangkal di sejumlah stasiun dan perempatan lampu merah untuk mencari anak jalanan khsusus laki-laki. Lelaki yang sering mangkal di Lapangan Banteng untuk mencari mangsa ‘tante girang’ ini punya empat ‘anak asuh’ yang sering dijual ke lelaki penyuka sodomi.

Iwan, lelaki berbadan kurus berkulit hitam ini hanya bungkam ketika berkali-kali ditanya soal ‘bisnis’ prostitusi yang dijalaninya. “Kalau dia sendiri biasa menjual diri di Lapangan Banteng,” uangkap seorang petugas.

Selain Iwan, polisi menduga masih ada germo lain yang sering menjual bocah jalanan.

GERMO LAIN
Terungkapnya kasus penjualan anak yang dijadikan komoditas seks ini berawal dari petugas Polsek Pademangan, Jakut, mendapat laporan soal adanya tujuh anak jalanan berusia belasan tahun sering disodomi.

Petugas lalu mendatangi Stasiun Beos tersebut, yang digunakan oleh anjal sebagai tempat mangkal. Dari tempat ini polisi membawa In, bocah yang sering dijual, ke Polsek Pademangan. Dari mulut pengamen kereta ini terungkap siapa mucikari yang sering menjual anjal.Tanpa banyak kesulitan, petugas menangkap Iwan.

Kanit Reskrim Polsek Pademangan, Iptu James Hutajulu mengatakan kasus ini dilimpahkan ke Polda Metro Jaya karena lokasinya tak hanya di Pademangan.

Empat anjal yang dijual Iwan, masih ada temannya yang sering dijual oleh Iwan. Bahkan dia juga menyebutkan masih ada beberapa germo penjual bocah yang kerap berkeliaran mencari mangsa.

“Rata-rata yang bawa saya itu laki-laki yang sudah berumur,” ucap In.

Kasus ini ditangani petugas Sat Renakta (Satuan Remaja, Anak-anak dan Wanita) di Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Pelaku dijerat UU Perlindungan anak. Guna menguatkan kasus ini petugas lalu membawa keempat korban ke RSCM untuk di visum.

KAKEC CABULI BOCAH
Diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur di rumah kontrakannya di Kebon Pala, kakek tiga cucu diadukan ke Polres Metro Jaktim.

Sejumlah orangtua korban mengungkapkan aksi pencabulan itu dilakukan Dan, 60, sejak 2007 lalu. Sebelum beraksi, Dan selalu memberikan uang jajan Rp1000 pada anak-anak usia antara 6 hingga 10 tahun itu.

Ia juga mengancam akan menampari anak-anak itu jika melaporkan perbuatannya ke orangtuanya,” ungkap Kardi, salah satu orang tua korban, Rabu (2/4).

Cemburu Buta Lelaki Lemah Mental Bakar Empat Temannya

JAKARTA – Diduga lantaran cemburu, seorang pemuda di Kota Bekasi bertindak nekat. Akibatnya, dia dan tiga orang lain menderita luka bakar sehingga mereka harus dilarikan ke UGD Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi.

Peristiwa itu terjadi di lingkungan Pasar Pagi Pondok Pekayon Indah, Pekayonjaya, Bekasi Selatan, Rabu (2/4) malam. Berdasarkan keterangan dari warga, kejadian itu bermula dari ulah Dodi (19), pemuda setempat, yang mengamuk gara-gara mendapati bekas pacarnya, Resti (19), sedang bersama dua pemuda lain, yakni Rois (24) dan Susanto (24), di sebuah kios sepatu di lokasi pasar.

Dodi lantas mengambil sekantong plastik bensin kemudian menyiramkan bensin itu ke arah Resti dan dua kawannya.

Susanto menuturkan, dia sudah berupaya mencegah tindakan nekat Dodi dengan cara menarik Dodi keluar kios, tetapi upayanya gagal karena Dodi sudah telanjur menyalakan korek api. Api dengan cepat menyambar dan membakar mereka berempat yang berada di dalam kios.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi Komisaris Budi Sartono mengatakan, hasil penyidikan sementara mengarahkan Dodi sebagai tersangka.

Adapun latar belakang peristiwa itu, menurut Budi, diduga kuat karena Dodi emosi dibakar cemburu, karena pacarnya ngobrol dengan laki-laki lain

Bandar Narkoba Kulit Hitam Ditangkap Polisi

JAKARTA – Upaya penyamaran polisi untuk membekuk gembong narkoba membuahkan hasil. Lima bandar narkoba, dua di antaranya berkewarganegaraan Nigeria, diringkus petugas yang menyamar sebagai pembeli.

Dari tangan mereka, petugas mengamankan barang bukti narkoba berupa 250 butir pil ekstasi, 65 gram heroin serta 15 gram shabu-shabu.

Dua dari 5 pengedar tersebut, menurut Kepala Satuan Narkotika Polda Metro Jaya, AKBP Yupri RM, ditangkap di sebuah rumah susun di Pluit, Jakarta Utara, pada Senin (1/4). Mereka adalah Budi alias Asong, 36, dan Menau, 31. Dari keduanya Yupri mengatakan pihaknya mendapatkan 60 gram heroin senilai Rp42 juta.

Dalam pengembangannya, petugas narkotika Polda Metro Jaya berhasil menciduk anggota sindikat lainnya di sebuah diskotek di Jakbar yakni Tedy Kunarto Budiman alias Aseng dan mengamankan 250 pil inex serta 5 gram shabu-shabu. “Kita sedang kejar tersangka lainnya,” ujar Yupri, Rabu (2/4).

WN NIGERIA DIBEKUK
Di tempat terpisah di Kebon Jeruk, Jakbar, petugas dari Direktorat Narkoba Mabes Polri juga menangkap dua bandar shabu-shabu asal Nigeria, AR dan KY. Keduanya dibekuk saat menunjukkan contoh shabu yang dipesan polisi yang melakukan penyamaran.

Polisi nyamar saat itu memesan 5 kilo shabu 10 kilo heroin. Namun, kedua bandar itu mengaku kekurangan uang sehingga yang dibawa hanya contohnya saja.

“Mereka mengaku kekurangan uang, makanya saat ditangkap hanya membawa sampelnya saja,” ujar Direktur Narkoba Mabes Polri, Brigjen Pol Indradi Tanos.