PALEMBANG – Rencana operasi pengeboman yang disusun dan disiapkan oleh jaringan kelompok Al Jamaah Al Islamiyah (JI) di Palembang, Sumatera Selatan, terindikasi merupakan instruksi buronan teroris warga negara Malaysia, Noordin M Top. Kelompok teroris di Palembang merupakan metamorfosis baru jaringan JI yang tak punya struktur, ”pragmatis”, dan cenderung tidak terkomando.
Kesembilan tersangka teroris yang tertangkap di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) tiba di Markas Komando Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis (3/7). Mereka diterbangkan dari Palembang dalam pengawalan ketat ketika turun di Bandara Halim Perdanakusuma hingga Mako Brimob. Kamis siang, Kepala Divisi Humas Markas Besar Kepolisian RI Brigadir Jenderal Pol Abubakar Nataprawira menjelaskan kepada pers tentang penangkapan kesembilan teroris, dan sejumlah bom yang ditemukan.
Tim Polri di Palembang mengungkapkan, tersangka teroris Omar alias Fajar alias Taslim alias Alim alias Abu Hazam adalah warga negara Singapura yang mengaku mempersiapkan logistik semua bom. Seluruh rencana pengeboman, menurut Omar, atas perintah Noordin M Top.
Noordin sempat bertemu beberapa kali dengan Omar di lokasi-lokasi yang belum diketahui. Omar juga berteman dengan Mas Slamet Kastari, tersangka teroris warga negara Singapura, yang kini buron polisi Singapura. Kastari merupakan pelarian dari Penjara Whitley Road, Singapura Februari 2008 yang belum tertangkap.
Omar yang keturunan India yang pernah mengikuti pelatihan militer di kamp di Afghanistan, pernah bertemu Osama bin Laden. Dia berlatih merakit bom dari Azahari, yang tewas dalam penyergapan polisi di Malang, Jawa Tinur tahun 2005.
Kelompok di Palembang itu sempat merencanakan mengebom suatu tempat hiburan di kawasan Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada Juli 2007 lalu. Lokasi tersebut sempat disurvei oleh Omar dan tiga tersangka lainnya, yaitu Wahyudi, Agus, dan Musa. Sejumlah bom yang dirakit di Palembang sudah sempat dibawa dengan bus ke Bukit Tinggi. Namun, rencana itu dibatalkan dengan alasan yang belum diketahui. Lokasi alternatif peledakan pun masih belum diketahui.
Pengungkapan dan panangkapan teroris oleh tim Polri kali ini merupakan yang ketiga, atas rencana peledakan yang kemudian digagalkan. Tahun 2005 saat penyergapan di Malang, polisi juga menemukan bom dan bahan peledak yang siap digunakan. Tahun 2007, polisi membekuk anak buah Abu Dujana yang telah siap dengan logistik bahan peledak.
Menurut polisi, Omar sebenarnya bermaksud membangun model baru sel JI di Palembang. Dalam penungkapan jaringan teroris kali ini, tak lagi ditemui struktur khusus seperti yang ditemui pada sel Abu Dujana. Sel jaringan kali ini juga diduga menjalin hubungan dengan suatu organisasi terbuka yang bercabang di Palembang, yaitu FAKTA (Forum Anti Gerakan Permutadan).
Bertambah satu orang
Kamis dini hari, tim polisi antiteror Mabes Polri menangkap lagi satu orang, AMT (22), yang diduga terlibat dengan sembilan orang yang tertangkap sebelumnya. Belum dipastikan peranan AMT dalam kelompok itu.
Polisi menduga beberapa di antara mereka terlibat upaya pembunuhan Pendeta Joshua di Lembang, Bandung, Jawa Barat, 2006. Ada juga yang pernah terlibat dalam pembunuhan Dago Simamora (58), guru SMP 11 Palembang, 8 Juni 2007. Belum dapat dipastikan siapa eksekutor pembunuhan tersebut.
Kamis siang, polisi antiteror menyisir lagi tiga lokasi hunian tiga orang tersangka di Palembang, namun tidak menemukan bom dan bahan peledak, kecuali sejumlah kertas dan buku yang masih dipelajari.
Di tempat kejadian perkara (TKP) penemuan bom di Jalan Papera nomor 2110, situasi sepi dan aktivitas warga seperti normal. Pagar rumah kontrakan itu tertutup, dan diberi garis polisi.
Kondisi yang sama terlihat di Sekretariat FAKTA (Forum Anti Gerakan Pemurtadan) di Jalan KH Balqi, Plaju, Palembang. Sekretariat FAKTA yang sekaligus berfungsi sebagai warnet itu, dipasangi garis polisi dan dijaga beberapa polisi.
Diangkut ke Depok
Diiringi tujuh kendaraan lain, bus polisi warna abu-abu yang membawa kesembilan tersangka teroris tiba di Mako Brimob, di Depok pukul 11.00. Sebuah bus polisi yang khusus mengangkut tim pengawal, dua kendaraan diduga mengangkut barang bukti.
Belasan pengawal langsung menurunkan tersangka begitu konvoi kendaraan tiba di rumah tahanan provoost di bagian belakang Kompleks Brimob. Salah seorang tersangka sempat terjatuh di tangga masuk rumah tahanan.
Para tersangka, berinisial A alias O alias T alias AH, HR alias K alias M alias Y, SGD, SGC alias GG, AS, WYD alias YD alias WY, HY alias H, AZ, SA alias AR, dan AMT alias T.
Polisi juga mengamankan 19 bom, terdiri dari 14 bom pipa dan 5 bom tupperware. ”Ditemukan juga potasium flourat, namun masih dalam penyelidikan kualitas maupun kuantitasnya,” ujar Abubakar dalam penjelasan kepada pers di Mabes Polri.