JAKARTA – Kerabat Sjamsul Nursalim, Artalyta Suryani, yang ditangkap bersama jaksa Urip Tri Gunawan akhirnya angkat suara untuk mengklarifikasi sejumlah isu yang menerpa dirinya.
Ada tiga pertanyaan krusial yang diajukan Kompas kepada Artalyta yang disampaikan melalui putranya, Romy Dharma.
Pertanyaan itu adalah soal kedekatannya dengan sejumlah petinggi negara. Juga, apakah benar, seminggu sebelum ditangkap dan pada saat ditangkap, dia sempat berkomunikasi dengan pejabat tertinggi RI.
Selain itu, Artalyta juga ditanya mengenai informasi yang menyebutkan bahwa dia beberapa kali ke Gedung Bundar, menemui pejabat Kejaksaan Agung, terkait kasus BLBI.
”Jangan hubung-hubungkan masalah yang saya hadapi dengan siapa pun. Di berbagai media, saya dihakimi secara sepihak, dituduh macam-macam dan dimanfaatkan untuk menangguk kepentingan politik di tempat yang tidak pantas tanpa membayar sepeserpun,” jawab Artalyta.
”Kewajiban saya sebagai warga negara adalah datang dan memberi keterangan ke KPK, bahkan nanti akan dibuktikan di pengadilan. Benar atau salah, fakta pengadilan yg membuktikan. Soal BLBI saya kira itu ranah yang lain. Dalam sidang interpelasi (DPR) jelas sekali, kebijakan era Gus Dur dan Megawati menjadi rujukan utama dalam pengambilan keputusan,” lanjutnya.
”Sekali lagi, jangan dicari-cari dan dihubung-hubungkan kasus yang menimpa saya dengan orang lain. Kasihan mereka yang tidak tahu apa-apa lalu ditarik-tarik ke masalah saya,” ujar Artalyta.
”Saya orang bisnis, wajar kalau saya kenal dan bertemu dengan banyak kalangan. Apakah saya salah jika berhubungan dengan banyak kalangan, termasuk pejabat pemerintah? Tolonglah, saya warga negara biasa yang punya hak bergaul dan bertemu siapa pun. Saya tak memanfaatkan kedekatan dengan banyak kalangan untuk urusan yang bukan tempatnya, semuanya murni urusan bisnis,” urai Artalyta.
”Saya merangkak dari nol sampai seperti sekarang ini, semua bermodal kerja keras dan ulet. Saya berjuang menjadi seperti sekarang sejak lama. Keluarga besar saya sudah berkecukupan sejak lama, bukan karena kemudahan-kemudahan yang diberikan secara percuma oleh siapa pun. Hormati hak hukum saya,” kata Artalyta menutup jawabannya.
Bukan rumah Sjamsul
Sebelum diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Senin (17/3) siang, Artalyta juga memberi penjelasan kepada wartawan.
Artalyta membantah telah tertangkap tangan. Ia juga membantah bahwa rumah yang menjadi tempat transaksi pemberian dan penerimaan uang 660.000 dollar AS itu adalah rumah Sjamsul Nursalim.
Namun, lagi-lagi, Artalyta tak membuka tanya jawab. Ia tetap bungkam, tak berkata sepatah pun, ketika wartawan mengonfirmasi dua informasi yang beredar di KPK, yaitu percakapan telepon dengan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kemas Yahya Rahman dan kedatangannya ke Gedung Bundar Kejaksaan Agung membawa surat jaminan dari Sjamsul Nursalim.
”Saya ingin meluruskan beberapa hal,” jelas Artalyta.
Menurut Artalyta, ia pertama- tama ingin meluruskan soal jabatan almarhum suaminya dan dirinya di Bank Dagang Nasional Indonesia, milik Sjamsul Nursalim.
”Almarhum suami saya disebut pernah menjabat sebagai Direktur Utama BDNI dan saya disebut sebagai Sekretaris BDNI, itu tidak benar sama sekali,” ujarnya.
Ia kemudian melanjutkan bahwa dirinya dan suaminya sama sekali tidak pernah terkait langsung ataupun tidak langsung dengan BDNI.
Kedua, Artalyta menerangkan soal informasi seputar dirinya tertangkap tangan sedang memberikan uang kepada jaksa Urip Tri Gunawan.
”Saya tertangkap tangan, itu tidak benar. Pada hari H di luar pekarangan saya, dan tanpa sepengetahuan saya, jaksa Urip ditangkap KPK. Security mengatakan kepada saya ada ribut-ribut di luar. Saya lalu memerintahkan putra saya menemui dan membukakan pintu. Mereka meminta saya untuk memberikan keterangan di Kantor KPK, saya bersedia,” kata Artalyta.
Artalyta juga membantah soal rumah Jalan Hang Lekir Kavling WG 9 adalah rumah Sjamsul Nursalim. ”Itu tidak benar, yang benar itu rumah milik pribadi saya sejak beberapa tahun yang lalu,” katanya.
Dipanggil ”bunda”
Bagi rekan bisnis dan kerabatnya, Artalyta Suryani atau biasa dipanggil Ayin, dikenal mengayomi. Oleh karena itu, tutur seorang rekannya kepada Detektif Conan, ia dipanggil bunda.
Di Lampung, Artalyta dikenal sebagai pebisnis besar. Selain memegang konsesi reklamasi pantai, ia pun dikenal luas membangun perumahan mewah di Bukit Camang, Bandar Lampung. Di provinsi itu, Artalyta melanjutkan bisnis yang telah dirintis suaminya, almarhum Suryadharma, mantan petinggi di PT Gajah Tunggal.
Menurut rekan-rekan bisnisnya, Artalyta dikenal luas karena keluwesannya. Namun, sepak terjang Artalyta tidak hanya di situ. Menurut seorang politisi di Lampung, Artalyta Suryani juga dikenal luas di kalangan politisi.
Ia disebut-sebut menjadi tempat bagi para politisi untuk memperoleh dukungan dana ketika maju mencalonkan diri sebagai pejabat pemerintahan setempat.
”Namun, umumnya mereka tidak bertemu langsung dengan Artalyta karena untuk mencegah hal-hal tertentu, Artalyta memilih untuk terlibat dibelakang layar saja,” tutur politisi yang berbasis di Lampung.
Bahkan, tutur politisi tadi, Artalyta dikenal luas oleh para petinggi di level nasional. ”Bohong kalau para petinggi itu mengaku tidak mengenal Artalyta Suryani. Siapa petinggi yang tidak kenal dia?” tuturnya.
Politisi itu menuturkan, ketika putra Artalyta Suryani menikah, awal tahun lalu di Jakarta, banyak petinggi politik dan pemerintahan di Indonesia hadir