Daily Archives: Maret 18, 2008

Anak SMU Mulai Banyak Terjun Ke Bisnis Pelacuran, Dapat Uang Plus Kenikmatan

SURABAYA – Bisnis ilegal yang dilakukan Lina diduga karena kebutuhan ekonomi. Sebab, latar belakang siswi SMK tersebut memang tergolong miskin. Sang ayah yang berusia 62 tahun hanya sopir yang penghasilannya di bawah Rp 1 juta sebulan. “Ibunya hanya ibu rumah tangga. Mereka harus menghidupi tiga orang anak. Tersangka merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara. Karena itu, tersangka mengaku mencari uang untuk membantu keluarganya. Paling tidak, untuk biaya sekolah,” jelas salah seorang petugas yang Polwiltabes Surabaya yang menangani kasusnya.

Dalam kasus ini, polisi mengumpulkan tambahan barang bukti berupa selembar bill (kwitansi) kamar 301 Hotel Puspa Asri di Jalan Kenjeran. Dalam bill itu tertulis, untuk short time, penyewa kamar membayar Rp 99 ribu. Rinciannya, Rp 90 ribu untuk sewa kamar tipe superior dan Rp 9 ribu untuk room service charge.

“Kami akan memanggil karyawan hotel yang melayani saat korban check in. Pemeriksaan itu untuk melengkapi keterangan saksi-saksi yang sudah diperiksa sebelumnya,” paparnya.

Akibat kasus ini, Lina dikenai wajib lapor dan secara berkala harus mendatangi Mapolwiltabes Surabaya.

DISELAMATKAN POLISI

Menjadi seorang pemuas nafsu hidung belang memang tidak pernah terbayang dibenak Melati (nama samaran), siswi salahsatu SMP yang tertangkap di salah sebuah wisma bersama Lina, siswi SMK swasta Surabaya, yang jadi makelarnya.

Kepada petugas, Melati mengaku diberi iming-iming uang Rp 400 ribu oleh Lina yang mengajaknya ke sebuah wisma tersebut setiap melayani pria hidung belang. Melati menegaskan, dia belum pernah berkencan dengan laki-laki, dan tidak menyangka kalau harus terjerumus ke dunia hitam tersebut.

“Saya diselamatkan bapak polisi, sebelum berhubungan dengan lelaki, “ujarnya polos.

Saat petugas melakukan razia dan mengetahui Melati langsung dimintai keterangan dan selanjutnya diamankan untuk dimintai keterangan. Kepada petugas, Melati mengaku diajak Lina ke tempat maksiat tersebut.

Maraknya kasus perdagangan manusia membuat pihak kepolisian makin intens melakukan razia. Kawasan lokalisasi Jarak menjadi target operasi multi sasaran yang digelar Polres Surabaya Selatan.

Saat dijaring petugas Mapolres Surabaya Selatan, Lina sedang berada dalam kamar bersama tamunya, sementara Melati tengah kencan bersama tamunya di ruang tamu. Kepada petugas, Melati mengakui terus terang apa yang dilakukanya di wisma tersebut. “Saya memang terpaksa pak, karena butuh uang, ” ujarnya.

Kasatrekrim Polres Surabaya Utara AKP Agung Marliyanto mengatakan, sebanyak 150 personil dikerahkan untuk razia multi sasaran ini, yakni menjaring pemakai dan pengedar narkoba, senjata tajam, senjata api dan jual beli gadis-gadis ABG untuk menjadi wanita penghibur (trafficking) yang marak belakangan ini. “Daerah-daerah semacam ini sangat rawan terjadi trafficking, “ujarnya.

Ratu Suap Tidak Rela Ada Yang Mengambil Untung Dari Kasus Suapnya

JAKARTA – Kerabat Sjamsul Nursalim, Artalyta Suryani, yang ditangkap bersama jaksa Urip Tri Gunawan akhirnya angkat suara untuk mengklarifikasi sejumlah isu yang menerpa dirinya.

Ada tiga pertanyaan krusial yang diajukan Kompas kepada Artalyta yang disampaikan melalui putranya, Romy Dharma.

Pertanyaan itu adalah soal kedekatannya dengan sejumlah petinggi negara. Juga, apakah benar, seminggu sebelum ditangkap dan pada saat ditangkap, dia sempat berkomunikasi dengan pejabat tertinggi RI.

Selain itu, Artalyta juga ditanya mengenai informasi yang menyebutkan bahwa dia beberapa kali ke Gedung Bundar, menemui pejabat Kejaksaan Agung, terkait kasus BLBI.

”Jangan hubung-hubungkan masalah yang saya hadapi dengan siapa pun. Di berbagai media, saya dihakimi secara sepihak, dituduh macam-macam dan dimanfaatkan untuk menangguk kepentingan politik di tempat yang tidak pantas tanpa membayar sepeserpun,” jawab Artalyta.

”Kewajiban saya sebagai warga negara adalah datang dan memberi keterangan ke KPK, bahkan nanti akan dibuktikan di pengadilan. Benar atau salah, fakta pengadilan yg membuktikan. Soal BLBI saya kira itu ranah yang lain. Dalam sidang interpelasi (DPR) jelas sekali, kebijakan era Gus Dur dan Megawati menjadi rujukan utama dalam pengambilan keputusan,” lanjutnya.

”Sekali lagi, jangan dicari-cari dan dihubung-hubungkan kasus yang menimpa saya dengan orang lain. Kasihan mereka yang tidak tahu apa-apa lalu ditarik-tarik ke masalah saya,” ujar Artalyta.

”Saya orang bisnis, wajar kalau saya kenal dan bertemu dengan banyak kalangan. Apakah saya salah jika berhubungan dengan banyak kalangan, termasuk pejabat pemerintah? Tolonglah, saya warga negara biasa yang punya hak bergaul dan bertemu siapa pun. Saya tak memanfaatkan kedekatan dengan banyak kalangan untuk urusan yang bukan tempatnya, semuanya murni urusan bisnis,” urai Artalyta.

”Saya merangkak dari nol sampai seperti sekarang ini, semua bermodal kerja keras dan ulet. Saya berjuang menjadi seperti sekarang sejak lama. Keluarga besar saya sudah berkecukupan sejak lama, bukan karena kemudahan-kemudahan yang diberikan secara percuma oleh siapa pun. Hormati hak hukum saya,” kata Artalyta menutup jawabannya.

Bukan rumah Sjamsul

Sebelum diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Senin (17/3) siang, Artalyta juga memberi penjelasan kepada wartawan.

Artalyta membantah telah tertangkap tangan. Ia juga membantah bahwa rumah yang menjadi tempat transaksi pemberian dan penerimaan uang 660.000 dollar AS itu adalah rumah Sjamsul Nursalim.

Namun, lagi-lagi, Artalyta tak membuka tanya jawab. Ia tetap bungkam, tak berkata sepatah pun, ketika wartawan mengonfirmasi dua informasi yang beredar di KPK, yaitu percakapan telepon dengan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kemas Yahya Rahman dan kedatangannya ke Gedung Bundar Kejaksaan Agung membawa surat jaminan dari Sjamsul Nursalim.

”Saya ingin meluruskan beberapa hal,” jelas Artalyta.

Menurut Artalyta, ia pertama- tama ingin meluruskan soal jabatan almarhum suaminya dan dirinya di Bank Dagang Nasional Indonesia, milik Sjamsul Nursalim.

”Almarhum suami saya disebut pernah menjabat sebagai Direktur Utama BDNI dan saya disebut sebagai Sekretaris BDNI, itu tidak benar sama sekali,” ujarnya.

Ia kemudian melanjutkan bahwa dirinya dan suaminya sama sekali tidak pernah terkait langsung ataupun tidak langsung dengan BDNI.

Kedua, Artalyta menerangkan soal informasi seputar dirinya tertangkap tangan sedang memberikan uang kepada jaksa Urip Tri Gunawan.

”Saya tertangkap tangan, itu tidak benar. Pada hari H di luar pekarangan saya, dan tanpa sepengetahuan saya, jaksa Urip ditangkap KPK. Security mengatakan kepada saya ada ribut-ribut di luar. Saya lalu memerintahkan putra saya menemui dan membukakan pintu. Mereka meminta saya untuk memberikan keterangan di Kantor KPK, saya bersedia,” kata Artalyta.

Artalyta juga membantah soal rumah Jalan Hang Lekir Kavling WG 9 adalah rumah Sjamsul Nursalim. ”Itu tidak benar, yang benar itu rumah milik pribadi saya sejak beberapa tahun yang lalu,” katanya.

Dipanggil ”bunda”

Bagi rekan bisnis dan kerabatnya, Artalyta Suryani atau biasa dipanggil Ayin, dikenal mengayomi. Oleh karena itu, tutur seorang rekannya kepada Detektif Conan, ia dipanggil bunda.

Di Lampung, Artalyta dikenal sebagai pebisnis besar. Selain memegang konsesi reklamasi pantai, ia pun dikenal luas membangun perumahan mewah di Bukit Camang, Bandar Lampung. Di provinsi itu, Artalyta melanjutkan bisnis yang telah dirintis suaminya, almarhum Suryadharma, mantan petinggi di PT Gajah Tunggal.

Menurut rekan-rekan bisnisnya, Artalyta dikenal luas karena keluwesannya. Namun, sepak terjang Artalyta tidak hanya di situ. Menurut seorang politisi di Lampung, Artalyta Suryani juga dikenal luas di kalangan politisi.

Ia disebut-sebut menjadi tempat bagi para politisi untuk memperoleh dukungan dana ketika maju mencalonkan diri sebagai pejabat pemerintahan setempat.

”Namun, umumnya mereka tidak bertemu langsung dengan Artalyta karena untuk mencegah hal-hal tertentu, Artalyta memilih untuk terlibat dibelakang layar saja,” tutur politisi yang berbasis di Lampung.

Bahkan, tutur politisi tadi, Artalyta dikenal luas oleh para petinggi di level nasional. ”Bohong kalau para petinggi itu mengaku tidak mengenal Artalyta Suryani. Siapa petinggi yang tidak kenal dia?” tuturnya.

Politisi itu menuturkan, ketika putra Artalyta Suryani menikah, awal tahun lalu di Jakarta, banyak petinggi politik dan pemerintahan di Indonesia hadir

PSK Kelas Pasar Ditemukan Mati Telanjang Di Sawah

MALANG – Ketenangan warga Kelurahan Cempokomulyo, Kecamatan Kepanjen, Malang, Senin (17/3) terusik. Pasalnya, Matiadi, seorang petani setempat menemukan Gini,48 tewas di sawah.

Matiadi yang melihat mayat wanita setengah telanjang itu, memberitahu warga lainnya yang selanjutnya melapor ke polisi.

Menurut keterangan warga setempat, mayat yang ditemukan Matiadi tersebut adalah seorang PSK yang biasanya mangkal di kawasan pasar setempat.

Saat diperiksa, kondisi korban terdapat luka memar di badan serta luka sobek di bagian dahi. Kemungkinan mayat tersebut adalah korban pembunuhan. Korban dibawa ke RSSA Malang untuk diotopsi.

Kapolsek Kepanjen, AKP Mujianto, mengatakan pihaknya masih belum berani memastikan apakah mayat tersebut merupakan korban pembunuhan atau tidak. “kita masih menunggu hasil olah TKP dan otopsi,” katanya.

Potongan Tubuh Korban Tabrak Lari Berceceran Dijalan Tol

JAKARTA – Bapak dua anak tewas mengenaskan diseruduk mobil yang melintas cepat di jalan tol Wiyoto Wiyono Km. 00.800 arah Cawang-Tanjung Priok, Jakarta Timur, Senin (17/3) pagi.

Akibat kecelakaan itu, tubuh Tatang Sulaiman, 46, warga Kp. Paledang Kaler RT 035/012 Cibolang, Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat, hancur hingga berserakan di jalan tol.

Saat ditemukan oleh petugas patroli jalan tol, AKP Sungkono, pada pukul 07:00, kedua tangan dan kaki karyawan PT Sri Tokai Indonesia di kawasan Pulogadung, Jakarta Utara, itu terpisah dari badannya.

Menurut keterangan yang diperoleh Pos Kota, Tatang saat itu baru saja pulang dari kampungnya di Sukabumi dan hendak menuju ke tempat kerjanya.

“Korban setiap dua minggu sekali memang mengunjungi anak dan istrinya di Sukabumi,” terang Kusnadi,43, adik kandung korban, saat ditemui di RSCM.

DIJEMPUT CARRY HITAM
Kusnadi mengaku tidak memiliki firasat apa-apa atas kepergian kakaknya tersebut. Sedangkan Irma, 20, putri sulung korban, mengatakan ayahnya yang telah bekerja selama 18 tahun di perusahaan furnitur itu berangkat dari Sukabumi pukul 04:00.

Tidak seperti biasanya, ayahnya ketika berangkat tidak menggunakan bus umum karena dijemput oleh seseorang menggunakan Suzuki Carry Hitam. “Tetapi saya tidak mengetahui dengan siapa orangnya,” ucapnya dengan nada sedih.

Sementara itu Kanit Laka Lantas Satwil Lantas Polres Metro Jakarta Timur, Iptu Nengah Adiputra,menduga Tatang tewas akibat tabrak lari. “Dari tempat kejadian kami menemukan sebuah kaca spion yang akan kita jadikan barang bukti,” katanya.

Korban Penipuan Valas Menderita Kerugian 2 Milyar

JAKARTA – Tersangka Andre Hendarto (32), Tince (45), dan Suryo (36) dibekuk polisi setelah terbongkar menipu perusahaan jasa penukaran valuta asing atau valas PT Trijaya Future senilai Rp 2 miliar. Ketiganya diduga berniat menukar Rp 44 miliar dengan empat juta dollar AS.

Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Chairul Anwar, Senin (17/3), menjelaskan, awalnya ketiga tersangka berpura-pura mau melakukan transaksi valas. Ketiga tersangka dan PT Trijaya lalu membuat perjanjian di depan notaris.

Salah satu isi perjanjian, antara lain menyebutkan, bila salah satu pihak ingkar janji, pihak yang ingkar janji itu harus membayar denda Rp 2 miliar kepada pihak lain yang dirugikan. Disepakati, transaksi dilakukan di Bank Mandiri Cabang Muara Karang, Jakarta Utara.

Setelah kesepakatan sah, salah seorang tersangka diam-diam menelepon kepala cabang bank. Dengan berpura-pura mau melindungi kepala cabang bank, tersangka mengingatkan bahwa transaksi akan dilakukan dengan uang rupiah palsu. Supaya tidak dituduh turut bersekongkol, kepala cabang disarankan tidak usah hadir di lokasi transaksi.

”Padahal dalam perbankan diatur, transaksi di atas Rp 1 miliar dihadiri kepala cabang bank. Karena kepala cabang bank tidak hadir, transaksi valas antara ketiga tersangka dan Direktur PT Trijaya Kasha Lubis pun gagal,” tutur Chairul.

Tuduhannya wanprestasi

Ketiga tersangka menuding PT Trijaya melakukan wanprestasi. Oleh karena itu, sesuai perjanjian, PT Trijaya harus membayar denda Rp 2 miliar kepada ketiga tersangka.

Tak ingin dianggap melakukan wanprestasi, Kasha menelepon kepala cabang bank. Setelah mendapat jawaban bahwa transaksi diduga akan dilakukan dengan uang palsu, Kasha berani membantah tudingan ketiga tersangka. Ia lalu melaporkan kasus ini ke polisi, Jumat (7/3).

Polisi pun menangkap ketiga tersangka di Tower Metropolitan I, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (14/3). Di kantor mereka ditemukan uang kertas senilai Rp 44 miliar yang disimpan di dalam dua koper besar berwarna perak bertuliskan IDR 542 INA 04321 Melbourne Australia 1999.

Setelah dibongkar, ternyata isinya hanya potongan kertas seukuran lembaran uang kertas Rp 100 ribuan. Di antara tumpukan kertas putih tadi disisipkan lembaran uang asli Rp 100.000 yang keseluruhannya senilai Rp 10 juta.

Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestro Jaksel Komisaris Iwan Kurniawan, kedua koper inilah yang dibawa ketiga tersangka untuk meyakinkan korban. Apabila koper dibuka sedikit dan isi kopernya hanya bisa dilihat selintas, memang terkesan koper berisi uang asli. Apalagi setelah salah seorang tersangka mengeluarkan uang asli dari koper.

Iwan mengakui, para tersangka hanya mengejar target wanprestasi untuk mendapat uang Rp 2 miliar dari PT Trijaya. Ia menambahkan, korban sempat mentransfer uang Rp 200 juta kepada pelaku sebagai tanda jadi, tetapi karena curiga, kasus akhirnya dilaporkan ke polisi.

Uang Rp 200 juta itu digunakan tersangka antara lain untuk biaya pengawalan dan ongkos operasional. ”Mungkin karena dengan potongan uang sebanyak itu pun korban masih untung, maka korban mau mentransfer uang yang diminta para tersangka,” ungkap Iwan.

Kepala Satuan Fiskal, Moneter dan Devisa, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Daniel Tifaona, yang dihubungi terpisah, mengingatkan agar kasus ini tak terulang. Untuk itu, kalangan pengusaha jasa valas diingatkan tak tergiur nilai tukar valas yang terlampau tinggi dibandingkan yang ditetapkan BI

Notaris Dirampok Malam Hari

BEKASI – Rumah pengusaha kayu, dirampok dua lelaki bersenjata api di Perumahan Kranggan Permai Blok S6/7, Jatisampurna, Kota Bekasi , Selasa (18/3) sekitar pukul 02:00 .

Setelah mengancam P Ginting, 49 dan Ny Kristin, 38, dengan senjata api, kawanan pelaku yang masuk melalui jendela, membawa kabur enam unit ponsel dan satu mobil Honda Stream.
Menurut Nuryani, 26, pembantu korban, malam itu dirinya yang tidur di lantai atas mendengar rebut-ribut di kamar majikannya. “Saya takut dan hanya mengintip saja,” kata wanita asal Jawa Tengah ini.

Dua lelaki tak dikenal sedang mengancam P Ginting dan istrinya yang bekerja sebagai notaris itu, satu di antara mereka kemudian mengambil buku tabungan, ponsel dan meraih kunci mobil lalu B 8011 MY, lalu membawa kabut mobil itu.

“Majikan saya sempat berteriak, tetapi tetangga tidak ada yang datang membantu,” tutur Nuryani, yang kini dimintai keterangan Polsek Pondok Gede. Dari kejadian itu, korban menderita kerugian ratusan juta rupiah.

Belasan Wanita Cantik Menjadi Korban Dukun Cabul

SINGKAWANG – Terdakwa Su (52) yang melakukan pencabulan terhadap belasan wanita sudah bersuami dijerat Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan berlapis. JPU Dwi Hartanta SH dalam dakwaan primernya Pasal 286 KUHP, dakwaan Subsider Pasal 289 KUHP, lebih subsider 290 ayat (1) KUHP dan lebih-lebih subsider Pasal 286 ayat (1) KUHP.

Majelis hakim yang memeriksa terdakwa diketuai SMO Siahaan SH didampingi anggota TM Limbong SH dan J Simarmata SH serta panitera Burhanuddin. Su didakwa telah melakukan perbuatan tak senonoh kepada belasan perempuan yang berlangsung lebih kurang sembilan bulan. Terdakwa Su yang mempunyai keahlian menyembuhkan warga dengan caranya tersendiri. Selain itu juga terdakwa bisa meramal seseorang, dan bila ramalan terhadap orang itu jelek Su memberitahukan kepada pasiennya agar segera diobati. Hal itu dilakukan tersangka apabila pasiennya adalah wanita muda yang cantik.

Para korban yang rata-rata ibu rumah tangga tersebut dikabari ramalan buruk. Bila mereka tidak segera diobati maka akan terjadi yang buruk nantinya. Seperti yang dialami Ny Mawar (28) bukan nama sebenarnya, korban diobati agar rumah tangganya tetap langgeng. Pengobatan itu dilakukan oleh Su dengan cara memandikan pasiennya di rumah.

Pertama-tama korban disuruh membuka seluruh pakaian karena akan dimandikan, kemudian terdakwa membacakan mantra-mantra. Alat yang digunakan oleh dukun cabul itu yakni berupa rumput yang digunakan untuk mengelus bagian sensitif korban. Setelah itu korban di raba-raba seluruh tubuhnya termasuk barang paling berharganya.

Karena dibacakan mantra, para wanita itu langsung terhipnotis. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan yang akhirnya terjadilah kasus pencabulan tersebut. Dengan keahliannya itu terdakwa kemudian menyetubuhi belasan isteri orang di kampungnya. Terakhir kali perbuatan bejat Su dilakukan kepada Kembang (30) bukan nama sebenarnya, Ia diberitahu Su bila ingin mempunyai anak lagi harus diobati biar anak yang lahir tidak cacat.

Sedikit percaya dengan perkataan tersangka akhirnya Kembang mau melakukan pengobatan dengan Su. Terdakwa hanya mengerayangi tubuhnya, namun tidak melakukan persetubuhan. Beberapa waktu kemudian Kembang menyadari apa yang diperbuat oleh Su.

Ternyata pengobatan itu tidak mujarab, sehingga Ia berani melaporkan perbuatan cabul Su pihak kepolisian. Warga yang mendapat tahu bahwa Su adalah seorang dukun cabul kemudian mencarinya. Setelah pembacaan dakwaan majelis kemudian menunda sidang dan akan dilanjutkan ke persidangan berikutnya dengan acara pemeriksaan saksi-saksi

Dukun Cabul Berilmu Kebal Tidak Roboh Meski Dikeroyok Massa

SEKAYU – Praktik pengobatan alternatif yang dilakukan seorang oknum dukun kampung bernama Junaidi (38), warga asal Kabupaten Ogan Ilir (OI), ujungnya malah berbuat cabul. Diduga menggunakan ilmu gendamnya, tersangka memerkosa seorang bocah perempuan berusia 12 tahunan, sebut saja Melati, warga Desa Kaliberau, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Muba.

Bahkan perbuatan itu, dilakukan tersangka Junaidi di depan mata ayahnya Melati, berinisial Muh (41). Tersangka juga seperti sudah menghipnotis Muh dan seisi rumahnya, hingga menurut dan percaya saja apa yang dilakukan tersangka Junaidi. Setidaknya, sudah tiga kali tersangka Junaidi menyetubuhi Melati, di depan matanya Muh. Pertama, Senin (24/9) malam, lalu Kamis (27/9), dan terakhir Jumat (28/9), sekitar pukul 00.00 WIB. Dua jam kemudian, tersangka ditangkap warga dan digelandang ke Mapolsek Bayung Lencir.

Aib itu tercium, setelah Muh mendatangi IGD RSUD Sekayu, Senin (1/10) kemarin, guna memintakan visum anaknya itu. Diceritakan Muh, tersangka Junaidi memang sudah beberapa hari menginap di rumahnya. Sebab, tersangka Junaidi dipanggil untuk dimintai bantuannya untuk megobati istrinya Muh, berinisial SZ (39). “Istri saya yang kurus kering, saya minta untuk diobati penyakitnya,” kata Muh.

Tak disangka, ternyata kesempatan itu digunakan tersangka Junaidi untuk mencicipi tubuh anaknya Muh, yang masih terbilang bau kencur. Menyetubuhi pasiennya, juga pernah dilakukan tersangka Junaidi kepada korbannya yang lain, warga Desa Telang. Selasa (25/9), dia pernah mengobati, namun baru Rabu (26/9), didatanginya lagi dan memerkosa bocah itu di depan ayah kandungnya.

Warga Desa Kaliberau tidak tinggal diam, setelah mendapat informasi jika Muh telah dipengaruhi ilmu gaib hingga diam saja saat anaknya diperkosa. Menggedor dan menerobos masuk rumahnya Muh, dan menangkap tersangka Junaidi. Dia jadi bulan-bulanan warga yang memukulinya, namun informasinya tak berhasil membuat tersangka roboh. Setelah itu, tersangka Junaidi diserahkan ke Mapolsek Bayung Lencir. Kapolres Muba AKBP Sabaruddin Ginting SIk melalui Kapolsek Bayung Lencir AKP Armon, membenarkan tersangka Junaidi sudah ditahan di Mapolsek Bayung Lencir.

Sementara itu, jajaran Polres OKI berhasil menangkap dua tersangka pelaku pemerkosaan dengan dua kasus berbeda. Tersangka Abas (50), warga Desa Benawa, Kecamatan Teluk Gelam, OKI, ditangkap karena telah memerkosa bocah perempuan sebut saja Mawar (12), pada 12 Mei 2007 lalu. Orang tua Mawar yang baru melaporkannya pada Kamis (27/9) lalu ke Polsek Tanjung Lubuk, akhirnya berhasil meringkus tersangka Abas, Minggu (30/9).

Sedangkan untuk kasus perkosaan di Desa Tulung Secangkung, Kecamatan Cengal, tersangkanya atas nama Kurnia (38). Dia memerkosa Bunga (9)—nama samaran—, pada Agustus 2007 lalu. Kasus yang baru dilaporkan pada Kamis (27/9), kemudian pada hari itu juga tersangka Kurnia berhasil diringkus. Kapolres OKI AKBP Drs Yudhi Faizal H SH MH, didampingi Kasat Reskrim AKP Yuri Nurhidayat SIk, mengungkapkan terkuaknya aksi perkosaan itu setelah kedua korbannya mengeluh sakit di kemaluannya saat buang air kecil