“Bercak darah masih saya simpan dan sudah saya tunjukkan ke Badan Kehormatan, bapak boleh saja membantah dan mengaku sudah tua tetapi saya masih simpan obat-obatan yang digunakan, bahkan masih ada sidik jarinya,” kata Desi Ferdianti didampingi pengurus LBH APIK dan anggota DPR Nursyahbani Katjasungkana di ruang wartawan Gedung DPR.
Anggota DPR, Max Moein yang dituduh memperkosa Desi dipanggil Badan Kehormatan DPR. Max membantah semua yang diungkapkan Desi saat dipanggil BK, dari pelecehan seksual maupun perkosaan.
“Dia membantah, dia menyebutkan usianya sudah 63 tahun sehingga libidonya sudah turun dan sulit ereksi, selain itu korban usianya masih 30 sehingga kalau mau bisa melawan dirinya,” kata Imam Suja’ di sela-sela pemeriksaan Max yang dilakukan secara tertutup.
Kalau pun terjadi hubungan seksual antara kedua orang tersebut, kata Suja’ menirukan, pemerkosaan itu didasari atas rasa suka sama suka sehinga kejadiannya pun bisa lebih dari sekali. “Ya itu intinya Pak Max membantah apa yang disampaikan korban,” tambah Suja’
SELALU DIANCAM
Lebih lanjut Desi mengatakan bahwa Max Moein yang saat itu adalah atasannya benar-benar menggunakan berbagai cara untuk memperdayai dirinya.
“Bapak itu pakai berbagai media mulai dari hand body, jelly, obat viagra dan macam-macam lagi,” katanya. “Saya sudah menolak bahkan melawan, tetapi selalu saja diancam dengan berbagai alasan lain karena Bapak memiliki koneksi kuat akhirnya saya pasrah.”
Desi mengakui, dengan kondisi sekarang ini bukan berarti dirinya tidak malu, bahkan bisa dibilang tak punya muka lagi. Tapi semua sudah terlanjur sehingga segala risiko harus ditempuh.
“Saya malu, semula saya inginkan selesai di internal BK saja, tetapi ternyata melebar ke mana-mana,” jelasnya.
Ditanya apa yang dinginkan dari Max, Desi mengatakan tidak ingin apa-apa kecuali pengakuan dan permintaan maaf kepada kedua orang tuanya.
“Itu saja yang saya inginkan, tetapi ternyata bapak membantah semua. Karena itu saat Bapak (Max) menelpon ke rumah, orang tua saya nggak mau bicara,” ujarnya.